Hampir mayoritas masyarakat Indonesia menyukai kuliner khas Sumatera Barat ini, bahkan menjadi salah satu ikon dan warisan budaya masyarakat Minangkabau. Warisan kuliner ini, masih dilestarikan di rumah-rumah rakyat Provinsi Sumatera Barat. Masyarakat Indonesia mengenalnya dengan nasi Padang, yang diambil dari nama Ibu kota Provinsi Sumatera Barat.
Nasi Padang dijajakan untuk berbagai kalangan, ada yang menjualnya di tengah-tengah pasar tradisional sampai dengan restoran mewah dalam mal atau pusat perbelanjaan modern. Bahkan ada yang menjualnya menggunakan sepeda motor atau gerobak untuk mencapai masyarakat kelas bawah dan ada juga brand restoran nasi Padang ternama yang membuka tenant di luar negeri seperti di Amerika Serikat, Malaysia, Arab Saudi, Jepang, Belanda dan berbagai negara lainnya.
Penikmatnya tidak hanya orang Indonesia yang sedang berkunjung ke luar negeri, melainkan juga warga negara asing dan pejabat negaranya. Bahkan, menjadikan restoran nasi Padang sebagai tempat unggulan menikmati kuliner khas Indonesia.
Ambil contoh, mantan Perdana Menteri Malaysia, Dr. Mahathir Muhammad adalah pengunjung setia restoran padang Natrabu (National Travel Bureau). Bahkan kegemarannya menikmati nasi Padang sehingga terjalin hubungan akrab antara Dr. Mahathir Muhammad dengan Rahimi Sutan pemilik restoran padang Natrabu.
Belum lama ini, Patrick Kluivert legenda sepakbola Belanda sekaligus pelatih anyar Timnas sepakbola Indonesia ikut memuji kelezatan beragam menu nasi Padang. Hal itu disampaikan ketika menikmati kuliner khas Minangkabau tersebut, bersama jajaran kepelatihan Timnas Indonesia di restoran Padang Sari Ratu, di Plaza Indonesia 12 Januari 2025.
Nasi Padang Kelezatannya Mendunia
Salah satu menu atau lauk andalan nasi Padang adalah rendang. Rendang merupakan olahan daging sapi yang dibuat menggunakan santan dan rempah khas Nusantara.
Pembuatan rendang dimasak dengan waktu yang lama karena menggunakan api kecil untuk mendapatkan suhu yang rendah. Rendang telah beberapa kali dinobatkan sebagai salah satu kuliner terlezat di dunia.
Pada 2017 dan 2018, rendang dinobatkan makanan terenak nomor 1 di dunia oleh CNN Internasional. Rendang juga masuk dalam World’s 50 Most Delicious Foods pada 2021. Selain itu, rendang masuk dalam warisan dunia versi UNESCO, bersama kuliner nusantara lainnya seperti lumpia Semarang dan tempe.
Rendang bukan hanya ikon makanan Indonesia, akan tetapi memiliki nilai filosofi yang melandasi pembuatannya. Adapun olahan daging melambangkan pemimpin adat (niniak mamak) di masyarakat minang. Kelapa yang menjadi bahan untuk mengolah rendang merupakan simbol dari cadiak pandai (kecerdasan intelektual) yang wajib dimiliki seseorang. Cabai yang menjadi bahan dalam rendang merupakan simbol tokoh agama yang mengajarkan ketentuan syariat Islam dengan tegas dan rempah atau bumbu lain yang beragam dalam pembuatan rendang menjelaskan makna masyarakat Minangkabau yang guyub atau akur meskipun terdiri dari berbagai subsuku.
Selain rendang, ada beberapa lauk lain yang menjadi hidangan dalam nasi Padang dan juga favorit warga Indonesia, antara lain olahan gulai ayam/daging sapi, ayam pop, telur barendo dan berbagai lauk lainnya yang melengkapi kenikmatan cita rasa nasi Padang.
Berdasarkan penelitian Taste Atlas 2023, nasi Padang berada di peringkat pertama kuliner terenak se-Asia Tenggara. Masih berdasarkan riset lembaga yang sama, nasi Padang masuk dalam 100 makanan terenak sedunia pada 2024.
Nasi Padang Berkontribusi untuk Keadilan Masyarakat
Bila kita perhatikan ada keunikan penyajian nasi Padang saat makan langsung di rumah makan atau restoran nasi Padang. Keunikan tersebut, dilihat dari dihidangkannya berbagai lauk pauk menggunakan piring yang dibawa secara bertumpuk oleh pelayan restoran. Hal lainnya, apabila penikmat nasi Padang tidak makan di tempat dan membungkusnya untuk makan di rumah, akan mendapatkan porsi besar. Nasi yang diberikan oleh pelayan restoran berupa versi jumbo dan lebih banyak dibandingkan makan di restoran nasi Padang.
Secara historis, pemberian nasi Padang yang lebih besar bila dibungkus untuk makan di rumah berkaitan dengan filosofi masyarakat Minangkabau yang ramah dan melayani tamu sebaik-baiknya. Keberadaan warung nasi Padang sudah ada sejak zaman kolonial Hindia Belanda. Dahulu, langganannya juga dari kalangan penjajah Hindia Belanda. Di mana, kaum bumiputera yang akan makan di warung nasi Padang enggan untuk duduk bercampur dengan para kolonial. Selanjutnya, kaum bumiputera memilih untuk membungkus makanan tersebut di rumah.
Para pemilik warung nasi Padang mengetahui kesulitan hidup yang dialami kaum bumiputera pada zaman kolonial, kemudian memilih untuk memberikan porsi lebih banyak bagi kaum bumiputera yang membungkus nasi Padang. Harapannya agar dapat dinikmati oleh anggota keluarga lainnya di rumah, bagi kaum bumiputera yang membeli nasi Padang dan membungkusnya untuk makan di rumah. Inilah bentuk kepedulian dan kontribusi pemilik warung nasi Padang memberikan keadilan kepada masyarakat Indonesia, di zaman penjajahan Hindia Belanda.
Tradisi baik tersebut, dilanjutkan sampai saat ini oleh generasi penerus pengusaha warung atau restoran nasi Padang.
Semoga nasi Padang terus melegenda, kenikmatannya dirasakan warga dunia dan terus berkontribusi bagi kemajuan masyarakat Indonesia.