Dua Wajah Sistem: Kebaikan Membangun, Keburukan Meruntuhkan

Secara keseluruhan, kualitas desain dan implementasi sistemlah yang menentukan apakah sistem atau lembaga penegak hukum itu akan menjadi sumber kemaslahatan atau kemudaratan bagi semua.
Ilustrasi putusan pengadilan. Foto  Unsplash
Ilustrasi putusan pengadilan. Foto Unsplash

Dalam setiap sistem, baik itu organisasi, masyarakat, atau keluarga, kualitas individu yang terlibat sangat berpengaruh dalam menentukan arah dan dampaknya. Terlebih jika sistem atau organisasi tersebut adalah lembaga penegak hukum.

Individu dengan niat dan tindakan baik akan selalu memberikan manfaat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menariknya, kebaikan ini dapat menjangkau mereka yang mungkin memiliki sikap negatif, karena sistem yang dibangun di atas nilai-nilai baik cenderung menciptakan kesempatan dan perbaikan untuk semua.

Sebaliknya, individu yang memiliki sifat buruk akan membawa dampak negatif dan kesulitan yang dapat memengaruhi siapa saja tanpa pandang bulu.

Misalnya, dalam konteks lembaga penegak hukum  di sebuah republik demokrasi yang memiliki integritas dan kualitas, ketika individu yang mengisi lembaga tersebut menjunjung tinggi integritas dan berkomitmen terhadap kualitas, mereka akan membangun kepercayaan publik yang kuat.

Mereka menjamin pemenuhan hak-hak dasar setiap warga, memudahkan proses birokrasi, dan secara keseluruhan menciptakan perbaikan yang dirasakan oleh semua orang. Bahkan, jika ada individu dengan niat buruk, mereka pun akan merasakan dampak positif dari sistem yang sehat ini. Kenaikan gaji yang adil, penambahan hak yang wajar, dan peningkatan fasilitas umum dari sistem yang baik akan memberikan manfaat kepada semua, tanpa pengecualian. Lingkungan yang transparan dan akuntabel akan membatasi praktik-praktik negatif.

Di sisi lain, jika lembaga tersebut diisi oleh individu-individu yang tidak berintegritas, hasilnya akan sangat merugikan. Keegoisan dan keserakahan akan memicu kerusakan, dan manipulasi akan terjadi di berbagai aspek, dari kebijakan hingga operasional. Akibatnya, kepercayaan publik akan berkurang, diiringi frustrasi dan ketidakadilan.

Sistem yang rusak oleh individu yang buruk ini akan menciptakan kesulitan bagi semua, termasuk mereka yang memiliki niat baik. Individu yang jujur akan terkendala, hak-hak mereka sering kali diabaikan, dan usaha mereka dapat terhambat oleh praktik-praktik tercela.

Singkatnya, kualitas individu dalam suatu sistem mencerminkan kondisi sistem tersebut. Individu yang baik akan membangun sistem yang mendukung kebaikan bersama, menciptakan siklus positif yang memperkuat nilai-nilai baik. Sebaliknya, individu yang buruk akan merusak sistem dari dalam, menciptakan siklus negatif yang menyebarkan kemudaratan ke seluruh elemen. Hal itu sejalan dalam teori modal sosial (social capital theory). Teori ini menekankan nilai jaringan sosial, kepercayaan, dan norma timbal balik.

Dalam Sistem yang Baik dan Modal Sosial Tinggi, Ketika sebuah lembaga berintegritas, ia membangun kepercayaan di antara warga negara dan antara warga negara dengan pemerintah. Kepercayaan ini adalah bentuk modal sosial yang sangat berharga. Masyarakat akan lebih bersedia untuk berpartisipasi, mematuhi hukum, dan berinvestasi dalam sistem tersebut, karena mereka yakin bahwa hak-hak mereka akan dihormati dan kontribusi mereka akan dihargai. Ini menciptakan lingkaran positif.

Dalam Sistem yang Buruk dan Erosi Modal Sosial, Korupsi dan ketidakintegritasan mengikis kepercayaan (modal sosial). Ketika orang melihat bahwa sistem tidak adil atau dimanipulasi untuk kepentingan segelintir orang, mereka menjadi sinis, enggan berpartisipasi, dan bahkan mungkin mencari jalan pintas sendiri. Ini menciptakan lingkaran negatif di mana ketidakpercayaan melahirkan lebih banyak disfungsi.

Secara keseluruhan, kualitas desain dan implementasi sistemlah yang menentukan apakah sistem atau lembaga penegak hukum itu akan menjadi sumber kemaslahatan atau kemudaratan bagi semua. Maka perbaikan sistem atau lembaga penegak hukum itu selain daripada penguatan fungsi dan kapabilitas, akan lebih efektif jika dimulai dari sistem rekrutmen, pemilihan pimpinan dan pengembangan Individu yang jelas dan meritokrasi.Sehingga, tercapainya keadilan dan kebaikan dalam suatu sistem atau lembaga penegak hukum.

Meneropong yang baik dan yang tidak dalam Lembaga Penegak Hukum, dalam hal yang baik itu yang menjaga diri dari suap, gratifikasi dan akan mencukupi hidup dari gaji serta haknya. Sedangkan yang tidak adalah yang mencari dan menerima suap dan gratifikasi dan tidak akan pernah puas dengan gaya hidupnya. 

Yang baik akan memberikan manfaat bahkan kepada yang buruk misalnya dari, kenaikan gaji, pemenuhan hak, kepercayaan publik, perbaikan sistem. Sedangkan yang buruk akan memberikan kemudharatan bahkan kepada yang baik, misalnya dari hilangnya kepercayaan publik, penundaan atas pemenuhan hak dan sistem yang tidak sehat.

Dalam hal ini, jika terdapat yang baik dan yang buruk dalam suatu sistem maka akan tercipta suatu hubungan simbiosis yang tidak sehat dan seimbang dimana dalam setiap manfaat yang diberikan oleh yang baik, yang baik di sisi lain juga akan merasakan keburukan dan kemudhoratan dari yang buruk.