Disclaimer: Menyambut Hari Ibu pada 22 Desember mendatang, saya akan menyajikan tulisan berseri tentang ibu. Tulisan ini akan bercerita tentang sosok ibu, baik yang hadir dalam kehidupan nyata maupun dalam dunia fiksi. Tulisan ini mungkin akan lebih panjang dari pada tulisan-tulisan saya sebelumnya, bukan karena apa-apa, melainkan sebagai bentuk kecil untuk merayakan ibu, sosok malaikat yang Tuhan tampakan di dunia. Selamat menyambut Hari Ibu, selamat membaca.
Sebagai pembuka, saya ingin memulai seri ini dengan membahas beberapa lagu populer yang bercerita tentang Ibu.
1. “Ibu” – Iwan Fals
Tentu saja, saya tidak mungkin tidak menyebut nama Iwan Fals. Legenda musik Indonesia ini mencipta lagu Ibu dengan begitu indah dan menusuk.
Lagu ini memiliki kedekatan emosional yang kuat bagi banyak orang Indonesia. Ia menggambarkan sosok ibu yang bersusah payah membesarkan anak-anaknya, menembus rintangan sesulit apa pun.
Sering kita dapatkan seorang ibu mengabaikan hidupnya sendiri, seolah ia dapat menunda kebutuhannya, asalkan hidup anak-anaknya dapat terus berjalan. Begitulah ibu, meski ia mengorbankan hidupnya, hidup anak-anaknya akan tetap hidup.
Lagu ini juga pernah menjadi sangat berkesan pada tahun 2016 di Pengadilan Negeri Dompu, Nusa Tenggara Barat. Seusai menyidangkan kasus kekerasan seorang anak terhadap ibunya, majelis hakim meminta terdakwa menyanyikan lagu Ibu.
Saat mulai bernyanyi, terdakwa menangis dan langsung memeluk ibunya. The case didn’t close, tentu saja, perkara tidak serta-merta selesai begitu saja, namun, lagu itu memberi kehangatan pada ruang sidang yang beku.
Saat ini, saya kira, siapapun yang mendengarkan lagu ini dengan hati, memberikan hening dan kesadaraan saat mendengarkannya pasti akan tersentuh, ingat ibunya, ingat dirinya, termasuk hakim itu.
2. “Lughatul ‘Alam” – Humood Alkhudher
Lagu kedua saya ambil dari Humood Alkhudher, musisi asal Kuwait, yang menulis lagu tentang ibu berjudul Lughatul ‘Alam (bahasa dunia). Jika dibandingkan dengan lagu Ibu karya Iwan Fals yang lembut dan melankolis, lagu Humood terasa lebih ceria. Namun, jika didalami maknanya, hati siapapun akan tersentuh.
Humood membuka lagunya dengan deretan metafora yang indah:
Ya jinānan, ya hanānan,
Ya ‘uyūnan bātat lanā sāhirah.
Ya malādzan, ya amānan,
Ya rahīqan min zuhūrin ‘āthirah.
Lan uwafiyyaki syukra kaffayki,
Fa-Allāhu yajzīki jinānal-ākhirah.
Artinya:
Wahai surga, wahai kelembutan,
wahai mata yang selalu terjaga untuk kami.
Wahai tempat berlindung, wahai ketenangan,
wahai keharuman yang berasal dari bunga-bunga semerbak.
Aku takkan mampu membalas kebaikan kedua tanganmu,
maka semoga Allah membalasmu dengan surga akhirat.
Metafora ini terasa sangat dekat dengan pengalaman kita sehari-hari. Kita mungkin tidak pernah menyebut ibu dengan kata “surga” atau “keharuman bunga”, tetapi kita merasakannya dalam bentuk yang sederhana, mata yang tidak tidur ketika kita demam, tangan yang tidak lelah mengusap punggung kita, suara yang menenangkan bahkan ketika dunia terasa keras.
Humood mengakui bahwa sebesar apa pun usaha seorang anak, ia tidak akan mampu membalas semua kebaikan ibunya. Dan bukankah itu juga perasaan banyak dari kita? Ada begitu banyak hal yang ingin dibayar dengan waktu atau perhatian, tetapi waktu tidak bisa kembali, dan ibu menua lebih cepat dari yang kita kira.
Makanya Humood memasrahkan semua usaha untuk menyenangkan ibunya itu dengan kalimat, fallaahu yajziiki jinaanal-aakhirah (semoga Allah membalasmu dengan surga akhirat.
3. “Mother, How Are You Today” – Maywood
Saya ingin juga memasukan lagu “Mother how are you today”. Lagu yang populer tiap hari ibu ini, diciptakan Alice May pada 1980.
Lagu ini mengambil sudut pandang seorang anak perempuan yang menulis surat untuk ibunya. Tidak ada kata-kata puitis atau metafora besar; hanya sapaan lembut yang sebenarnya sering ingin kita ucapkan, tetapi justru jarang terucap:
“Mother, how are you today?”
“Ibu, apa kabar hari ini?”
Sejauh apa pun kita pergi, sapaan sederhana itu rasanya seperti pulang. Dalam kesibukan, perjalanan, atau jarak, ada kerinduan yang tidak bisa digambarkan, kerinduan kepada rumah, kepada suara yang menenangkan, kepada seseorang yang hanya ingin tahu apakah kita baik-baik saja.
Lagu ini sangat relate bagi banyak orang, terutama mereka yang hidup jauh dari orang tua, atau yang menyadari bahwa waktu bersama ibu kini tidak sebanyak dulu. Setiap baitnya seperti pengingat halus bahwa seseorang di sana mungkin sedang menunggu kabar, meski kita jarang mengirim kabar.
Mendalam maknanya. Bahwa sejauh apapun kita pergi, sosok ibulah yang akan selalu ada dalam ingatan. Sosok yang akan menemani, setia. Dalam duka dan suka.
Selamat menyambut hari ibu bagi seluruh masyarakat Indonesia. Jika tidak bisa memberikan pelukan hangat, kirimkanlah ingatan terbaikmu tentangnya kepada Tuhan, agar Tuhan menyayanginya.