Pada tahun 1853, suasana Pelabuhan Jepang yang sibuk mendadak berubah menjadi panik. Di tengah penjagaan ketat oleh pasukan samurai Keshogunan Tokugawa yang membentuk blokade pertahanan, tiba-tiba muncul sebuah benda besar berwarna hitam dari tengah laut. Benda tersebut dengan mudah menerobos barisan kapal penjaga dan melaju langsung menuju pantai.
Belakangan diketahui, benda raksasa itu adalah kapal perang modern milik Amerika Serikat, yang dipimpin oleh Komodor Matthew Perry. Kapal ini, merupakan bagian dari armada “Kapal Hitam” (Black Ships), yang menandai dimulainya babak baru dalam sejarah Jepang: keterbukaan terhadap dunia luar setelah lebih dari dua abad menjalani kebijakan isolasi (sakoku).
Hal ini mengagetkan banyak rakyat Jepang dan membuat mereka merasa sangat tertinggal jauh dari kemajuan. Kebanggaan mereka mengusir pasukan Mongol di bawah Kubilai Khan ratusan tahun sebelumnya dengan dibantu badai, seolah hanya tinggal sejarah yang telah usang. Hal tersebut, membangkitkan semangat perubahan seluruh masyarakat Jepang, hingga seorang kaisar yang masih muda bernama Matsuhito yang kemudian lebih dikenal dengan nama Meiji, memimpin salah satu perubahan tercepat dalam sejarah manusia, yang dikenal dengan "Restorasi Meiji".
Restorasi Meiji adalah salah satu periode paling krusial dalam sejarah Jepang, menandai transformasi radikal dari negara feodal yang terisolasi menjadi kekuatan modern yang disegani di dunia. Restorasi ini secara resmi dimulai pada 1868 dan berlangsung hingga wafatnya Kaisar Meiji pada 1912.
Restorasi Meiji bukan sekadar pergantian kekuasaan, melainkan sebuah percepatan transformasi total dalam sejarah manusia. Fondasi utamanya terletak pada pendidikan dan pengembangan diri yang membentuk moral "untuk bisa dipercaya," beriringan dengan adopsi perkembangan teknologi baru. Para pemimpin Meiji menyadari betul bahwa perubahan fundamental hanya dapat diwujudkan melalui pembangunan sumber daya manusia yang unggul.
Salah satu pilar utama dalam Restorasi Meiji adalah penerapan sistem rekrutmen pejabat yang bersih, kompeten, dan bebas dari praktik nepotisme, kolusi, serta korupsi yang sebelumnya merajalela di bawah pemerintahan Keshogunan Tokugawa.
Era baru ini, membuka kesempatan yang setara bagi siapa pun untuk berkembang dan meraih hak yang sama, tanpa harus berasal dari kalangan elit atau keluarga berkuasa. Iklim ini menciptakan suasana yang positif dan saling mendukung-jauh berbeda dari mentalitas "kepiting dalam ember" yang mendominasi era keshogunan, di mana persaingan tidak sehat dan saling menjatuhkan lazim terjadi, terutama bagi mereka yang berada di luar lingkaran kekuasaan shogun.
Kaisar Meiji menjalankan perubahan ini secara sungguh-sungguh, bukan sekadar slogan atau pencitraan belaka. Reformasi dijalankan secara nyata dan menyeluruh, menjadi fondasi penting bagi kemajuan Jepang di era modern.
Banyak orang hingga pejabat diberikan ruang untuk memperbaiki dan mengembangkan diri untuk mendukung kemajuan negara, masyarakat juga menilai bahwa kesalahan adalah bagian dari proses berkembang, perbaikan dan pembelajaran, setiap orang diberikan hak yang sama untuk kemajuan individu dan industri.
Di era Meiji, individu yang ditunjuk dan diberikan kesempatan berkembang tidak selalu harus memiliki kedekatan dengan keluarga kaisar atau merupakan anak/keponakan dari klan ternama. Sebaliknya, siapa pun yang memiliki keinginan kuat dan kompetensi diberikan kesempatan termasuk dalam dunia militer, perdagangan dan pemerintahan.
Kebijakan ini berbuah manis berpuluh tahun kemudian, dengan munculnya banyak perusahaan, produk, pekerja, dan ahli Jepang yang mampu bersaing secara internasional. Dominasi Jepang dalam berbagai sektor pada saat itu sangat diakui dunia.
Hukum yang baik dan sistem masyarakat yang sehat menciptakan banyak ruang untuk berkembang, banyak orang tidak takut untuk melakukan penelitian, inovasi atau bahkan membuat pabrik, karena mereka percaya bahwa masyarakat akan bertindak fair dan hukum akan menjamin serta melindunginya. Sumber daya masyarakat yang baik dan terdidik, akan saling mendukung dan menopang kemajuan, sehingga kembali memperkuat hukum dan sistem masyarakat yang semakin membaik pula dan berkesinambungan.
Jepang terus memprioritaskan pembangunan dalam pendidikan dan pengembangan diri hingga saat ini. Komitmen ini, tidak hanya berdampak pada kemajuan ekonomi dan teknologi, tetapi juga membentuk sistem hukum dan masyarakat yang sehat dan berintegritas. Tak heran jika, banyak bendera perusahaan di bidang teknologi dari Jepang masih dipercaya di seluruh dunia hingga kini, sebuah bukti nyata dari warisan Restorasi Meiji yang menempatkan manusia sebagai tiang inti pusat utama kemajuan bukan hanya pada benda, struktur, dan aturan.