Kedai Kopi, Menginspirasi Revolusi Prancis sampai Penyusunan Strategi Perang Aceh

Peristiwa bersejarah yang dimulai dari diskusi warung kopi, adalah Revolusi Prancis tahun 1789.
Ilustrasi revolusi Prancis. Foto : Wikipedia
Ilustrasi revolusi Prancis. Foto : Wikipedia

Dalam suatu relasi sosial masyarakat, saat terjadi diskusi atau perbincangan antar masyarakat, tentunya sering terdengar anekdot bicaranya seperti di warung kopi. 

Kalimat bicara seperti di warung kopi, dalam konteks perbincangan masyarakat Indonesia, seolah menyindir argumentasi yang disampaikan tidak memiliki landasan akademis atau standar pengetahuan yang cukup.

Namun, tahukah anda diskusi yang terjadi di warung atau kedai kopi, telah merubah dan menginspirasi tatanan sosial masyarakat secara global. 

Peristiwa bersejarah yang dimulai dari diskusi warung kopi, adalah Revolusi Prancis tahun 1789.

Kekuasaan tiran dan feodal di Prancis, runtuh tergantikan dengan semangat pembaharuan, kesetaraan dan penghormatan Hak Asasi Manusia. 

Revolusi Prancis yang menginspirasi perubahan di penjuru belahan dunia lainnya, diawali dengan diskusi para filsuf, jurnalis, dan aktivis di warung kopi bernama cafe procope dan cafe de foy.

Beberapa tokoh pembaharu Prancis seperti Montesquieu, JJ Rouseau, Voltaire, Camille Desmoulins dan Georges Danton, mendiskusikan gagasan revolusi dan mengatur aksi massa dari kedai kopi tersebut. 

Cafe de foy sendiri, pernah menjadi tempat dibacakannya pidato heroik yang dikemukakan Camille Desmoulins, yang bertujuan mengajak rakyat Prancis bersatu melawan pemerintahan tiran yang korup dan sewenang-wenang.

Dari warung kopi lahirlah slogan bersejarah liberte (kebebasan), egalite (kesetaraan) dan fraternite (persaudaraan). 

Selan itu, perbincangan warung kopi sebelum revolusi Prancis, turut menginisiasi lahirnya Trias Politica atau pembagian kekuasaan dalam bernegara, yang muaranya lahir kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif.

Gagasan revolusi industri di Inggris, juga lahir dari perbincangan di kedai-kedai kopi, yang terjadi di kota London. Bahkan guna membatasi kemerdekaan berpendapat dan berkumpul, yang dapat menginisiasi perubahan sosial yakni Raja Charles II mengeluarkan aturan hukum untuk melarang masyarakat berdiskusi di kedai kopi. 

Larangan yang dibuat Raja Charles II tersebut, dengan dalih perkumpulan dan diskusi di kedai kopi, dapat membuat keonaran dan menggangu stabilitas negara, karena materi diskusi kedai kopi, belum tentu kebenarannya.

Bahkan beberapa kedai kopi di kota-kota besar di Inggris, khususnya di kota London ditutup operasionalnya.

Kedai kopi, juga tidak dapat dipisahkan dalam catatan sejarah nasional. Bahkan Pahlawan Nasional asal Aceh, Teuku Umar pernah menjadikan minum kopi sebagai slogan populer dalam perang melawan pendudukan Belanda di Aceh. 

Besok pagi kita akan minum kopi di Meulaboh atau aku akan mati syahid, ungkap Teuku Umar sebelum menyerang garnisun Belanda di kota Meulaboh, tahun 1899.

Saat perang melawan pendudukan Belanda, Aceh merupakan daerah yang sulit ditaklukan Belanda. Strategi perang melawan Belanda, dirumuskan melalui kedai kopi. Hingga saat ini, budaya berdiskusi dan minum kopi di kedai, tetap lestari di Aceh.

Demikianlah sejarah singkat, kedai kopi dan revolusi sosial di berbagai belahan dunia. Semoga dapat menambah pengetahuan bagi para pembacanya.  

Sumber referensi :

https://aklamasi.id/2021/10/15/kedai-kopi-sebagai-pusat-intelektualitas-yang-tidak-menemukan-senjakalanya
https://arengaindonesia.com/kedai-kopi-kuno-tempat-diskusi-yang-memicu-perubahan-sosial-seperti-revolusi-prancis
https://daerah.sindonews.com/berita/1229653/29/teuku-umar-kopi-dan-kisah-taktik-dua-rupanya 
https://kopiparti.com/revolusi-dari-secangkir-kopi 
https://kumparan.com/raihan-muhammad/revolusi-dari-kedai-kopi 

Penulis: Adji Prakoso
Editor: Tim MariNews