MARINews, Yogyakarta – Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Yogyakarta tengah menapaki proses pembangunan Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP). Meski belum bisa disebut sepenuhnya “lolos” SMAP, perjalanan yang sedang dijalani justru menyimpan banyak cerita inspiratif. Harapannya, pengalaman PTUN Yogyakarta ini bisa menjadi tips sekaligus motivasi bagi instansi lain yang juga sedang membangun sistem serupa.
Tanggal 6 Maret 2025 menjadi momen penting bagi keluarga besar PTUN Yogyakarta. Pada hari itu, secara resmi dilakukan pencanangan SMAP. Suasana penuh semangat menyelimuti ruangan, seolah menyambut babak baru perjalanan lembaga peradilan ini.
Banyak orang mungkin membayangkan SMAP identik dengan aturan kaku, prosedur rumit, bahkan kesan menegangkan. Namun, PTUN Yogyakarta justru memilih jalan berbeda. Mereka menjalankan SMAP dengan pendekatan kreatif, hangat, dan menyenangkan.
“Anti suap bukan anti senyum,” begitu kira-kira semangat yang diusung. Bagi PTUN Yogyakarta, membangun budaya anti-penyuapan tidak harus selalu dengan wajah serius. Sebaliknya, SMAP bisa dijalankan dengan cara enjoy, fun, namun tetap serius dalam makna yang sesungguhnya.
Pendekatan Kreatif: Dari Diskusi hingga Game Interaktif
Dalam pelaksanaannya, aturan dan prinsip integritas tidak hanya dijelaskan lewat ceramah yang kaku. PTUN Yogyakarta mengubahnya menjadi kegiatan yang interaktif. Mulai dari diskusi lintas agama tentang nilai kejujuran, aktivitas santai seputar pentingnya perubahan diri, hingga game edukatif yang membuat peserta merasa terhubung.
Dengan cara itu, aparatur bukan hanya memahami SMAP secara teori, tetapi juga merasakan langsung makna integritas di keseharian. Pelaksanaan yang biasanya dianggap menegangkan, justru diubah menjadi ruang belajar bersama yang penuh ide segar, tawa, dan semangat kolaborasi.
Langkah serius juga tetap dijalankan. Tim Pembangunan Integritas SMAP PTUN Yogyakarta menetapkan 17 kegiatan berisiko tinggi terjadinya penyuapan: 12 dari kepaniteraan dan 5 dari kesekretariatan. Risiko tersebut mencakup pelayanan publik yang rawan, seperti penerimaan gugatan dan pengadaan barang/jasa, hingga hal-hal kecil seperti tata kelola absensi pegawai.
Mungkin ada yang berpikir, "Absensi kok dianggap risiko?". Justru dari hal-hal kecil inilah integritas dimulai. Jika transparansi dijaga sejak urusan absen, maka urusan yang lebih besar pun lebih mudah diawasi.
Risiko-risiko itu kemudian dipetakan secara detail: potensi dampak, pihak yang bertanggung jawab, serta langkah pencegahan sejak dini. Pendekatan antisipatif ini membuat SMAP tidak hanya jadi slogan, melainkan sistem nyata yang bekerja untuk melindungi lembaga sekaligus masyarakat pencari keadilan.
Belajar Integritas Lewat Permainan
Keunikan lain dari PTUN Yogyakarta adalah menyajikan pembelajaran SMAP dalam bentuk permainan. Mulai dari simulasi situasi nyata, kuis cepat-tepat, hingga teamwork games yang membuat suasana mirip lomba 17-an: meriah, penuh semangat, tapi tetap mengandung nilai serius.
Bayangkan, belajar soal anti-penyuapan sambil disambut tawa lepas, tepuk tangan saat jawaban benar, hingga rasa kompetitif yang sehat. Semua itu menghadirkan energi positif yang membuat aparatur merasa terlibat, bukan terpaksa.
Dengan pendekatan ini, SMAP bukan hanya dokumen formal yang dipahami segelintir orang, melainkan menjadi bagian dari keseharian aparatur PTUN Yogyakarta.