Surat Terbuka untuk Presiden Terkait Kasus Pembacokan Hakim

Surat terbuka untuk Pemimpin Negeri, sebuah permohonan agar para Pengadil bisa menjalankan tugas dengan aman dan selamat.
Presiden Prabowo saat memberi hormat pada para Hakim Agung pada acara Laporan Tahunan Mahkamah Agung. Dokumentasi Humas MA
Presiden Prabowo saat memberi hormat pada para Hakim Agung pada acara Laporan Tahunan Mahkamah Agung. Dokumentasi Humas MA

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Bapak Presiden, apa kabar? Semoga sehat dan kuat selalu ya, Pak.

Izin Bapak Presiden, perkenalkan, saya Azizah, salah satu penulis berita di situs web Mahkamah Agung. Pada kunjungan Bapak ke Mahkamah Agung pada 19 Februari 2025 lalu untuk menghadiri acara Laporan Tahunan Mahkamah Agung, saat itu, saya berkesempatan melihat langsung kehadiran Bapak. Tentu saja, Bapak mungkin tidak melihat saya, tetapi momen itu sangat membekas di hati saya. Saya terharu melihat bagaimana Bapak dengan penuh semangat mengapresiasi kerja keras para hakim di seluruh Indonesia. Bahkan, sebagai bentuk penghormatan, Bapak memberikan salam hormat kepada para Hakim Agung yang hadir saat itu. Bagi saya, itu adalah sebuah gestur yang sangat bermakna dari seorang Kepala Negara kepada para Penegak Keadilan.

Oiya Bapak, sebelumnya, saya ingin mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa untuk Bapak dan keluarga. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan kekuatan kepada Bapak dalam menjalani ibadah di bulan suci ini juga dalam menjalani tugas sebagai pemimpin negeri ini. Saya ikut bahagia melihat kebersamaan Bapak dengan keluarga saat berbuka puasa bersama, sebagaimana foto yang banyak beredar di media sosial. Teriring doa, semoga Bapak dan keluarga selalu dalam keadaan sehat dan terlindung dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Bapak Presiden, di hari keenam Ramadan tahun ini, saat masih pagi, kami para aparatur peradilan dikejutkan oleh kabar duka. Seorang Hakim Agama di Batam, H. Gusnahari, S.H., M.H. menjadi korban pembacokan oleh orang tak dikenal saat hendak berangkat kerja ke Pengadilan Agama Batam pada Kamis pagi, 6 Maret 2025. Memang belum diketahui motifnya, namun berita ini sungguh memilukan Bapak, menyesakkan, dan menimbulkan amarah. Ini bukan kali pertama terjadi. Berbagai kasus kekerasan terhadap hakim telah berulang kali terjadi, baik di dalam maupun di luar pengadilan—belum lagi ancaman, teror, dan perusakan fasilitas peradilan yang kerap menyertai.

Masih segar dalam ingatan saya, dalam pidato Bapak di acara Laporan Tahunan Mahkamah Agung tiga minggu yang lalu, Bapak dengan tulus mengakui bahwa, saat itu Bapak baru benar-benar memahami betapa berat tugas dan tanggung jawab para hakim.

“Saya mengakui, baru sekarang saya sungguh-sungguh sadar dan mengerti betapa berat beban bapak-bapak ibu-ibu para hakim,” begitu kata Bapak saat itu.

Benar Bapak. Beban mereka memang berat, bahkan sangat berat. Kasus pemukulan, pembacokan, dan kekerasan lainnya terhadap hakim terus berulang, meskipun Undang-Undang sudah dengan tegas mengamanatkan perlindungan bagi mereka. Pasal 48 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa: “Negara memberikan jaminan keamanan dan kesejahteraan hakim dan hakim konstitusi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan kekuasaan kehakiman.”

Namun, dengan segala hormat, izinkan saya menyampaikan bahwa hingga saat ini, Amanat Undang-Undang tersebut masih belum terealisasi.

Melalui surat ini, saya memohon dengan sepenuh hati agar Bapak memberikan perhatian yang lebih serius terhadap perlindungan bagi para aparatur peradilan khususnya hakim di Indonesia. Kami berharap, di bawah kepemimpinan Bapak, ada kebijakan konkret yang benar-benar menjamin keamanan hakim dalam menjalankan tugasnya. Saya juga masih ingat dalam pidato Bapak saat itu, Bapak menegaskan tekad untuk bekerja sama dengan legislatif guna meningkatkan kualitas hidup seluruh hakim di Indonesia.

Terima kasih, Bapak Presiden. Sekali lagi, selamat menjalankan ibadah puasa. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan perlindungan-Nya kepada Bapak dalam memimpin negeri ini.

Salam hormat,
Azizah