Sabtu Minggu: Me Time

Karena bahkan seorang birokrat pun butuh jeda, agar esok tetap bisa bekerja dengan semangat yang sama.
Kepala Badan Urusan Administrasi MA Dr. Sobandi, S.H., M.H menghabiskan waktu sabtu-minggu dengan me time. Foto : Dokumentasi penulis
Kepala Badan Urusan Administrasi MA Dr. Sobandi, S.H., M.H menghabiskan waktu sabtu-minggu dengan me time. Foto : Dokumentasi penulis

Semenjak dilantik menjadi Kepala Badan Urusan Administrasi Mahkamah Agung (KABUA), jadwal kegiatan terasa jauh lebih padat dari sebelumnya.

Keputusan yang harus diambil setiap hari pun berlipat ganda dibanding saat saya menjabat sebagai Kepala Biro Hukum dan Humas.

Kalau dulu dalam sehari biasanya ada tiga keputusan penting, kini bisa mencapai sepuluh, dan semuanya menuntut ketepatan, kecepatan, serta tanggung jawab penuh.

Agar tidak ada yang terlewat, saya punya satu kebiasaan sederhana: mencatat dan langsung memutuskan setiap hal yang perlu tindak lanjut, tanpa menunda.

Saya juga memasang papan board besar di dinding sebelah meja kerja. Di situ saya tuliskan target-target BUA serta update langkah-langkah untuk mewujudkannya.

Papan itu kini menjadi “peta jalan kecil” yang setiap pagi mengingatkan saya, ke mana arah BUA harus melangkah dan sejauh mana kita sudah bergerak.

Belum sempat bernafas panjang, seminggu setelah dilantik, saya mendapat amanah tambahan: mengikuti Pendidikan Pemantapan Pemimpin Nasional (P3N) Lemhannas Angkatan XXVI.

Wah, jadwal pun semakin padat, karena saya mengikuti kegiatan Lemhannas tanpa dibebastugaskan dari tugas sebagai KABUA.

Bayangkan, pagi menghadiri rapat internal MA, siangnya diskusi kelompok di Lemhannas, malamnya masih menyelesaikan laporan atau koordinasi daring dengan tim.

Di Lemhannas, kami banyak mendapat pencerahan dari berbagai narasumber, mulai dari ceramah Trigatra dan Pancagatra, diskusi studi kasus, diskusi kelompok, hingga diskusi antar kelompok.

Kedua konsep itu, Trigatra dan Pancagatra, menjadi bagian dari ketahanan nasional Indonesia.

Trigatra mencakup tiga unsur alamiah yang menjadi dasar kehidupan bangsa, yaitu geografi, kekayaan alam, dan penduduk. Ketiganya adalah kondisi fisik yang relatif sulit diubah, tapi menentukan potensi dan posisi strategis bangsa.
Pancagatra meliputi lima aspek kehidupan sosial yang bisa dikelola dan dibina, yaitu ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan-keamanan.

Keseluruhan gatra ini saling terkait, dan keseimbangannya mencerminkan ketahanan nasional yang kokoh.

Setiap sesi di Lemhannas membuka wawasan baru tentang pentingnya sinergi antar lembaga dalam menjaga stabilitas bangsa.

Dan tentu saja, setiap tugas yang diberikan menuntut kedalaman berpikir, kepemimpinan, serta kemampuan berkolaborasi lintas sektor.

Namun, di balik semua kesibukan itu, saya belajar satu hal penting: menata waktu dan menyeimbangkan diri.

Karena itu, setiap Sabtu dan Minggu, saya usahakan untuk recharge sejenak, menikmati waktu bersama keluarga, bermain bersama cucu, jalan pagi, membaca buku ringan, scroll TikTok atau sekadar duduk santai sambil menulis refleksi kecil seperti ini.

Bagi saya, me time bukan berarti berhenti bekerja, tapi memberi ruang bagi pikiran dan hati untuk tetap jernih.

Dari sana saya menyadari, bahwa pemimpin yang baik bukan hanya mampu memutuskan dengan cepat, tetapi juga mampu menjaga keseimbangannya sendiri.

Karena hanya dengan pikiran yang tenang dan hati yang lapang, keputusan besar bisa diambil dengan bijak.

Dan kalau ada yang bertanya, bagaimana resep menjaga stamina di tengah padatnya tugas?

Jawabannya sederhana: jangan lupakan me time di sabtu-minggu.

Karena bahkan seorang birokrat pun butuh jeda, agar esok tetap bisa bekerja dengan semangat yang sama.

Penulis: Sobandi
Editor: Tim MariNews