Musik Ska: Lahir dari Semangat Anti Rasisme dan Dukungan Pembebasan Nelson Mandela

Aliran musik ska ikut berkontribusi dalam perjuangan menghormati dan melindungi hak asasi manusia, khususnya menentang praktek diskriminasi rasial.
Genre musik yang berasal dari Jamaika pada akhir 1950-an dan merupakan cikal bakal dari musik reggae dan rocksteady.
Genre musik yang berasal dari Jamaika pada akhir 1950-an dan merupakan cikal bakal dari musik reggae dan rocksteady.

Akhir tahun 90-an, musik ska mulai tenar dan menjadi salah satu genre musik, yang dinikmati masyarakat Indonesia. Beberapa band bergenre ska yang terkenal periode tersebut, antara lain Tipe-X dan Shaggy Dog. 

Bahkan album SKA Phobia, milik Tipe-X, laris manis dan berhasil terjual sejumlah 380 ribu dan dapatkan penghargaan double platinum. Lagu yang paling digandrungi dari album tersebut, adalah Genit dan Angan

Kejayaan Tipe-X, yang konsisten bawakan lagu bergenre ska, terus berlanjut dan album selanjutnya berjudul mereka tak pernah mengerti, yang berisikan lagu ternama seperti Salam Rindu, Sakit Hati, dan Selamat Jalan, di mana penjualannya tembus 500 ribu kopi dan mendapatkan penghargaan triple platinum. 

Album pertama Shaggy Dog juga banyak dicari penikmat musik dan terjual sejumlah 20 ribu keping. Lagu yang paling diminati dari band Shaggy dog adalah Anjing Kintamani dan Di Sayidan.

Musik ska yang identik dengan nuansa kecerian dan dinamis, biasanya diiringi alat musik seperti terompet, trombone atau saxophone. Genre musik ini lahir dari kebudayaan musik Jamaika, pada 1950-an dan memengaruhi pembentukan aliran musik reggae dan rocksteady.

Lahirnya aliran ska bukan hanya sebatas seni musik yang menghibur penggemarnya. Ska adalah simbol unifikasi sosial dan perlawanan atas tindakan rasisme. Para buruh dan imigran di Inggris, pernah menjadikan ska alat perjuangan untuk melawan diskriminasi rasial pada 1970. 

Pada 1984, band ska ternama The Special AKA yang berasal dari Inggris, pernah menciptakan lagu untuk mendukung gerakan antiapartheid, yang diperjuangkan Nelson Mandela. Lagunya diberi nama Free Nelson Mandela sebagai wujud dukungan pembebasan Nelson Mandela, yang merasakan dinginnya penjara akibat perjuangan melawan rasialisme di Afrika Selatan.

Lagu tersebut menjadi inspirasi bagi para musisi lain dan aktivis hak asasi manusia, yang mendukung dibebaskannya Nelson Mandela. Bahkan digelar, konser besar di Stadion Wembley, London, untuk mendukung Nelson Mandela pada 1988.

Sebagai informasi, Nelson Mandela akhirnya terbebas dari penjara pada 11 Februari 1990, setelah menjalani pidana penjara selama 27 tahun, akibat sikapnya menentang diskriminasi rasial, yang terjadi di Afrika Selatan. Diskriminasi rasial tersebut, menggunakan tatanan hukum yang bertentangan dengan perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia, yang telah menjadi konsensus internasional. 

Konvensi internasional yang menghapuskan segala bentuk diskriminasi rasial (ICERD), telah diberlakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak 1965. Pemerintah Indonesia sendiri, telah memberlakukannya lewat ratifikasi, sebagaimana Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999. Selain itu, kejahatan rasial atau apartheid, secara hukum internasional dapat dihukum, sebagaimana Konvensi Penindasan Penghukuman Kejahatan Apartheid pada 1973.

Dengan demikian, aliran musik ska ikut berkontribusi dalam perjuangan menghormati dan melindungi hak asasi manusia, khususnya menentang praktek diskriminasi rasial. Hal ini menunjukan, bahwa musik bisa menjadi instrumen efektif menyuarakan keadilan, dengan cara yang lebih mudah diterima masyarakat umum. 

Sumber Referensi:

- https://superlive.id/supermusic/artikel/super-buzz/perjalanan-25-tahun-tipe-x-dan-karier-go-international

- https://musik.kapanlagi.com/resensi/chill-out/shaggydog-dari-kampung-di-sayidan-ke-belanda

- https://www.rri.co.id/hiburan/1365189/sejarah-musik-ska-perjalanan-panjang-dari-jamaika-hingga-mendunia

- https://www.kompas.com/hype/read/2020/11/13/112933666/tipe-x-kupas-sejarah-musik-ska-hingga-filosofi-di-balik-namanya 

- https://southafrica-info.com/history/nelson-mandela-timeline

Penulis: Adji Prakoso
Editor: Tim MariNews