Musik tidak hanya bagian dari seni dan hiburan masyarakat, akan tetapi sering menggambarkan realitas sosial yang dihadapi umat manusia.
Realitas sosial tersebut, tidak hanya ungkapan kasih sayang antar dua insan manusia, bisa juga berupa perjuangan menegakan keadilan atau perlawanan atas hegemoni sosial yang menindas.
Salah satu genre musik, yang konsisten menyuarakan ketimpangan sosial di masyarakat adalah Punk. Bahkan tidak hanya terhenti sebagai aliran musik, Punk sudah menjadi kelompok sosial yang hidup dan berkembang, khususnya di wilayah perkotaan.
Musisi atau grup band beraliran Punk, terkesan urakan dan membawakan musik dengan beat keras, namun Punk lahir merespon kondisi perekonomian global yang hanya berpihak pada kaum pemodal atau pengusaha dan tidak berpihak kepada kaum pekerja.
Awalnya musik Punk dikenal di tanah Britania pada 1970 dan populer di kalangan pekerja.
Punk yang awalnya menyuarakan kesetaraan dan keadilan ekonomi, berjalan seiringnya waktu mulai mengkritisi kondisi sosial lainnya, seperti perang atau intervensi militer asing di suatu wilayah berdaulat, penghormatan terhadap hak asasi manusia dan anti otoritarianisme.
Salah satu grup band beraliran punk, yang aktif menyuarakan pentingnya dunia setara dan sikap antiperang adalah Green Day. Band bergenre Punk kelahiran Berkeley, Amerika Serikat, tahun 1987, merupakan salah satu band populer di kalangan anak muda, khususnya era 90an sampai dengan 2000an.
Green Day tidak hanya konsisten membawakan musik beraliran punk rock, yang easy listening, sehingga memperoleh prestasi 20 nominasi Grammy Award dan 5 diantara nominasi dimenangkannya.
Personil band yang dipunggawai trio Billie Joe Armstrong, Mike Dirnt, dan Tre Cool, sering berkampanye antiperang dan lakukan kritik ketimpangan sosial akibat perbuatan korup pengelola negara, lewat lirik lagu yang dibawakannya.
Lagu Holiday dan Wake Me Up When September Ends, adalah dua buah lagu yang ditujukan menyerang kebijakan Amerika Serikat melakukan perang atau intervensi militer di Irak. Kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat, yang saat itu dipimpin George W Bush, dinilai Green Day sebagai manipulasi politik.
Bahkan dalam lagu Holiday, pemerintahan Bush dinilai mengadopsi gaya Hilter dan Nazi yang melakukan invasi militer kepada negeri berdaulat, seperti Irak.
Saat ini, personil Green Day beranjak tua, namun tidak menghilangkan sikap kritisnya lewat lagu, salah satunya lagu teranyar berjudul The American Dream is Killing Me menyuarakan pengelolaan negara Amerika Serikat, yang gagal mensejahterakan warganya, termasuk minimnya lapangan kerja dan sulitnya mendapatkan lapangan kerja.
Green Day yang memainkan musik bergenre punk rock, akan dikenang tidak hanya sebagai musisi populer, melainkan juga aktivis kemanusiaan.