Ali Audah adalah seorang penerjemah sekaligus sastrawan ternama. Ia lahir di Bondowoso, Jawa Timur pada 14 Juli 1924. Ketua Umum Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI) pertama ini, wafat dalam usia 93 tahun pada 20 Juni 2017. Untuk memperingati hari kelahirannya, penulis akan membagikan sejumlah tulisan terkait sosok Ali Audah.
Kali ini, karena ia dikenal sebagai penerjemah yang sangat andal, penulis akan menyajikan lima kiat menjadi penerjemah yang baik ala Ali Audah.
Banyak kalangan menyebut Ali Audah sebagai “penerjemah kesayangan Tuhan” karena di seluruh masa hidupnya bahkan hingga di masa tuanya, ia tetap aktif berkarya, menerjemahkan karya-karya besar dunia ke dalam bahasa Indonesia.
Dua di antara karya monumentalnya adalah “Tafsir Alquran 30 Juz” karya Abdullah Yusuf Ali setebal 1.824 halaman dan “Sejarah Hidup Muhammad” karya jurnalis dan sastrawan Mesir, Muhammad Husain Haikal. Kedua karya tersebut ia terjemahkan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Hingga kini kedua karya ini telah berkali-kali cetak ulang dan terus dibaca.
Meskipun hanya menempuh pendidikan formal hingga kelas 2 SD, Ali Audah dikenal sebagai seorang polyglot. Ia menguasai beberapa bahasa asing, antara lain Arab, Inggris, Prancis, Belanda, dan Jerman. Tentu saja, ia sangat menguasai bahasa Indonesia sebagai bahasa ibunya. Semua kemampuan ini ia dapatkan secara autodidak.
Konon, saat baru naik kelas 2 di usia 7 tahun, ayahnya, Salim Audah-seorang ulama dan pengarang-wafat, sehingga Ali Audah kecil harus berhenti sekolah. Sejak itu, ia dibesarkan oleh ibunya, Aisyah Jubran. Ia belajar menulis dengan mencoret-coret tanah sambil bermain gundu dan belajar membaca dari potongan kertas, termasuk kertas pembungkus makanan. Karena kegigihan dan semangat belajarnya yang luar biasa, meminjam istilah Cak Nun, “Indonesia berutang padanya.” Ali Audah telah memberi warisan intelektual dan karya-karya penuh manfaat bagi bangsa ini.
Berikut adalah lima cara menjadi penerjemah ala Ali Audah:
1. Cintai Karya yang Ingin Diterjemahkan
Bagi Ali Audah, menerjemahkan adalah bentuk membaca dengan sikap yang penuh hormat. Seorang penerjemah tidak mungkin menghasilkan terjemahan yang baik jika tidak menyukai dan menghargai karya aslinya.
Terkait hal tersebut, Quraish Shihab membenarkan kalau cara Ali Audah menerjemahkan penuh penghayatan seperti menulis surat cinta, sehingga pembaca sering kali tidak menyadari bahwa yang mereka baca adalah karya terjemahan.
Satu fakta yang membuat banyak orang kagum adalah, alih-alih mendapatkan banyak honor dari menerjemahkan banyak teks, Ali Audah justru menghindari permintaaan untuk menerjemahkan. Ia hanya akan menerjemahkan karya-karya yang ia cintai dan atas keinginan sendiri.
2. Banyak Latihan
Ali Audah mengatakan, bakat bukanlah hal utama. Yang terpenting adalah latihan yang tekun dan berkelanjutan. Ia menolak pandangan bahwa seseorang tidak bisa menjadi penerjemah hanya karena merasa tidak berbakat. Latihan yang konsisten adalah kunci peningkatan kualitas, baik dalam karya asli maupun terjemahan.
3. Pahami Dulu Sebelum Menerjemahkan
Ali Audah dikenal tidak hanya sebagai penerjemah yang menguasai banyak bahasa, tetapi juga sebagai sosok yang cerdas dan sangat memahami konteks. Ia memahami sejarah Islam dengan baik, sehingga terjemahan “Sejarah Hidup Muhammad” terasa seperti karya asli. Ia juga memahami budaya Arab secara mendalam, membuat terjemahan novel-novel Arab menjadi enak dan mengalir saat dibaca.
4. Pilih Kata dan Kalimat Secara Tepat
Bagi Ali Audah, terjemahan yang baik tidak terlalu harfiah, tetapi juga tidak terlalu bebas. Keseimbangan perlu dijaga, agar pembaca tetap merasakan nuansa asli dari penulis, namun dalam bahasa yang tetap alami dan mudah dipahami.
5. Rendah Hati
Ali Audah adalah sosok yang sangat rendah hati. Baginya dalam karya terjemahan yang baik itu penerjemah hadir namun tidak terlihat. Kehadirannya memang tak tampak, namun terasa. Ali Audah sangat memegang prinsip ini hingga akhir hayatnya.
Demikianlah lima kiat menjadi penerjemah dari Ali Audah. Penulis menyusunnya berdasarkan wawancara langsung dan berbagai referensi lainnya. Semoga para penerjemah dapat meneladani dan menerapkan kiat-kiat tersebut dalam perjalanan karyanya.