Ketahanan dan Kepahlawanan: Refleksi Hari Pahlawan dari Tembok Besar Tiongkok

Dari negeri Tirai Bambu, kami belajar bahwa mempertahankan bangsa tidak cukup dengan kekuatan tembok, tapi juga dengan keteguhan hati dan persatuan jiwa.
Deretan sepeda warna-warni di pusat kota Beijing menjadi simbol mobilitas ramah lingkungan dan gaya hidup efisien warga metropolitan. Foto : Dokumentasi Penulis
Deretan sepeda warna-warni di pusat kota Beijing menjadi simbol mobilitas ramah lingkungan dan gaya hidup efisien warga metropolitan. Foto : Dokumentasi Penulis

Di Hari Pahlawan 10 November, semangat juang bangsa terasa menyatu dalam langkah rombongan SSLN Lemhannas RI Angkatan XXVI saat menapaki Tembok Besar Tiongkok, simbol ketahanan dan daya juang yang telah bertahan lebih dari dua milenium. 

Dari negeri Tirai Bambu, kami belajar bahwa mempertahankan bangsa tidak cukup dengan kekuatan tembok, tapi juga dengan keteguhan hati dan persatuan jiwa.

Pagi itu, udara Beijing terasa menusuk hingga ke tulang. Jarum jam menunjukkan pukul 08.10 ketika rombongan Studi Strategis Luar Negeri (SSLN) Lemhannas RI Angkatan XXVI berangkat dari Hotel Mercure menuju Tembok Besar Tiongkok (Great Wall of China).

Menurut penjelasan tour guide, jarak yang akan ditempuh sekitar 60 kilometer ke arah utara kota Beijing, dengan waktu tempuh sekitar satu jam menggunakan bus. 

Di luar, suhu udara hanya 2 derajat Celcius, dingin yang menggigit, namun tak sedikit pun mengurangi semangat rombongan untuk menapaki salah satu keajaiban dunia.

Disiplin dan Harmoni di Pagi Beijing

Sepanjang perjalanan, pemandangan kota Beijing tampak hidup. Jalanan bersih, lalu lintas tertib, dan di kiri kanan tampak warga berangkat kerja dengan sepeda dan skuter listrik. 

Mereka mengenakan jaket tebal, bergegas dengan tenang di bawah sinar matahari pagi yang lembut.

Di beberapa ruas jalan, tampak deretan sepeda berwarna-warni, biru, kuning, dan oranye, berjajar rapi di tepi trotoar. 

Menurut tour guide, sepeda-sepeda itu merupakan bagian dari sistem bike sharing, transportasi umum berbasis aplikasi digital yang mudah diakses masyarakat.

Kehidupan pagi di Beijing mencerminkan kedisiplinan dan kesadaran lingkungan warganya. Di tengah kemajuan teknologi, mereka tetap menjaga harmoni antara efisiensi, kebersihan, dan ketertiban publik.

Singgah Sebentar di Toilet Umum

Dalam perjalanan menuju Great Wall, bus sempat berhenti di sebuah rest area. Dari luar tampak bersih dan tertata rapi, namun ketika masuk, aroma tajam dari toilet umum langsung menyambut tanpa kompromi.

Rombongan pun saling tersenyum sambil menahan napas. Salah satu peserta bergurau,

“Kalau ini bagian dari ketahanan, berarti kita sedang diuji!”

Kejadian kecil itu menjadi bumbu ringan di tengah perjalanan, pengingat bahwa kemajuan tidak selalu sebanding dengan kenyamanan di setiap sudutnya.

Menapaki Ketangguhan di Juyongguan

Perlahan, pemandangan kota berubah menjadi perbukitan. Gedung-gedung tinggi berganti dengan pepohonan dan lereng gunung yang diselimuti kabut tipis. 

Dari kejauhan mulai tampak bentangan dinding batu yang berkelok di punggung pegunungan, Tembok Besar Tiongkok, simbol ketangguhan dan strategi bangsa yang telah berdiri selama lebih dari dua milenium.

Tour guide bercerita bahwa tembok ini pertama kali dibangun pada masa Dinasti Qin (abad ke-3 SM) dan diperluas pada era Dinasti Ming. Panjangnya mencapai lebih dari 21.000 kilometer, membentang dari timur ke barat melewati pegunungan, padang pasir, dan lembah. Fungsinya sebagai sistem pertahanan dari serangan bangsa-bangsa di utara, namun kini menjadi ikon ketahanan nasional dan kebanggaan budaya Tiongkok.

Rombongan SSLN Lemhannas RI Angkatan XXVI saat menapaki jalur Juyongguan di Great Wall — simbol ketangguhan dan daya juang lintas zaman. Foto ; Dokumentasi Penulis

Refleksi Hari Pahlawan di Puncak Tembok

Setiap langkah terasa berat di suhu 2 derajat, namun semangat rombongan tidak surut. Dari atas tembok, terlihat panorama lembah yang luas dan dinding batu membentang tak berujung, seolah menggambarkan daya tahan dan keteguhan bangsa Tiongkok dalam menjaga kedaulatannya selama berabad-abad.

Dalam diam, saya merenung. Tembok Besar Tiongkok bukan sekadar tumpukan batu dan sejarah, tetapi simbol kerja keras, pengorbanan, dan kesadaran kolektif untuk bertahan. 

Nilai-nilai itu terasa begitu dekat dengan semangat Hari Pahlawan 10 November yang diperingati hari ini di Tanah Air.

Jika bangsa Tiongkok membangun ketahanan melalui tembok yang kokoh, maka bangsa Indonesia membangun ketahanan melalui semangat kepahlawanan, keberanian untuk berkorban, bersatu, dan mencintai tanah air.

Penulis di Great Wall Tiongkok. Foto ; Dokumentasi Penulis

Tembok bisa lapuk dimakan waktu, tetapi semangat pahlawan akan terus hidup sepanjang bangsa ini setia menjaga nilai perjuangan.

Selamat Hari Pahlawan 10 November

Penulis: Sobandi
Editor: Tim MariNews