Kehormatan Versus Kekayaan, Sebuah Perjalanan Sejarah Manusia

Jika seorang pejabat menyalahgunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri, kehormatan yang diberikan negara akan tercoreng, dan rakyat dapat tidak akan lagi menaruh kepercayaan.
Ilustrasi gambar dibuat dengan AI
Ilustrasi gambar dibuat dengan AI

Sejak remaja, penulis sering merenungkan sebuah pertanyaan yang fundamental: mana yang lebih penting, kehormatan atau kekayaan? Pertanyaan ini tidak pernah lepas dari benak penulis. Seiring berjalannya waktu, penulis mulai membaca dan mempelajari sejarah, dari berbagai peradaban dan tokoh-tokoh besar dunia, dan akhirnya menemukan jawaban yang sangat jelas.

​Penulis menyadari bahwa kehormatan dapat mendatangkan kekayaan, namun kekayaan tidak akan pernah bisa membeli kehormatan. Kekayaan bisa memberikan kekuasaan, membeli kursi, dan bahkan mengendalikan orang lain, tetapi tidak akan pernah mampu membeli rasa hormat dan integritas sejati.

Sejak dahulu kala, manusia selalu bergumul dengan pertanyaan fundamental: manakah yang lebih penting, kehormatan atau kekayaan? Pertanyaan ini bukanlah sekadar teka-teki filosofis, melainkan cerminan dari pilihan hidup yang menentukan jati diri seseorang.

Banyak orang yang secara naluriah akan memilih kekayaan. Dengan harta, kita bisa membeli kenyamanan, kemewahan, dan kekuasaan. Kekayaan memberikan kemudahan untuk mencapai hampir semua hal, membuka pintu-pintu yang tadinya tertutup. Namun, apakah kekayaan mampu membeli rasa hormat dan integritas sejati?

Sejarah telah berulang kali membuktikan bahwa kekayaan, tanpa dibarengi kehormatan, sering kali berujung pada kehancuran. Kita bisa melihatnya pada kisah-kisah para penguasa yang tamak, raja-raja yang menindas rakyatnya, atau para pedagang yang curang.

Mereka mungkin berlimpah harta, tetapi nama mereka tercatat sebagai sosok yang dibenci dan direndahkan. Kekayaan yang didapat dari penipuan, pengkhianatan, atau kezaliman hanya akan meninggalkan noda hitam pada reputasi, sebuah noda yang tak bisa dihapus oleh tumpukan emas sekalipun.

Di sisi lain, kehormatan dibangun di atas fondasi karakter, integritas, dan pengorbanan. Kehormatan tidak bisa dibeli dengan uang, melainkan dimenangkan melalui perbuatan baik dan keteguhan prinsip. Kehormatan adalah warisan yang lebih berharga daripada kekayaan, karena ia bertahan melampaui masa hidup seseorang.

Kehormatan tidak datang tiba tiba, Kehormatan sejati lahir dari pilihan dan cara hidup, setiap orang mungkin dapat dengan mudah untuk merasa terhormat, namun kehormatan sejati lahir dari pilihan yang sulit, lahir dari saat dihadapkan dengan kenyataan hidup, godaan, ancaman dan tantangan. Pilihan yang diambil akan sangat menentukan. Dapat disimpulkan kehormatan lahir dari ujian karakter seseorang. Bukan dari pencitraan dan anggapan.

Hal itu, terlihat jelas pada yang mengumpulkan harta dengan cara tidak terhormat. Mereka mungkin membeli kekuasaan dan jabatan, tetapi seringkali menyalahgunakannya untuk menindas dan menekan, menebarkan rasa takut. Mereka bahkan mungkin mencoba membeli simpati banyak orang dengan menjadi Filantropi bagi rakyat miskin dengan uang haram, seperti yang dilakukan oleh Frank Lucas, bandar narkoba dalam film yang terinspirasi dari

Kisah nyata berjudul American Gangster. Ia membagikan uang kepada orang-orang miskin dan menganggapnya sebagai tindakan terhormat. Padahal, itu hanyalah topeng. Kehormatan tidak terletak pada seberapa banyak uang yang Anda berikan, melainkan pada bagaimana Anda mendapatkan uang dan posisi Anda.

​Kehormatan adalah cerminan dari kualitas karakter seseorang, terutama saat dihadapkan pada ujian pilihan yang menentukan.

​Kita bisa belajar dari Salahuddin Al-Ayyubi, seorang sultan yang kekuasaannya mencakup sebagian besar Timur Tengah. Ia bukanlah sosok yang dikenal karena kekayaannya yang melimpah, melainkan karena kehormatannya yang tak tertandingi. Dalam perang, ia menunjukkan belas kasih dan keadilan yang belum pernah ada sebelumnya.

Setelah merebut Yerusalem, ia tidak menjarah atau membantai penduduknya seperti yang dilakukan pasukan sebelumnya. Ia membiarkan mereka pergi dengan selamat dan bahkan memberikan perlindungan kepada yang ditaklukkan. Tindakan ini membuat namanya dihormati tidak hanya oleh para pengikutnya, tetapi juga oleh musuh-musuhnya. Kehormatan yang ia tanamkan jauh lebih berharga daripada semua kekayaan yang bisa ia kumpulkan.

Dalam film Kingdom of Heaven, ia digambarkan sebagai sosok yang menjamin keamanan seluruh penduduk Yerusalem, saat ia menaklukkan kota tersebut. Sikap terhormatnya ini tidak hanya memenangkan perang, tetapi juga mengukir namanya dalam sejarah sebagai pemimpin yang adil dan berbelas kasih. Bandingkan dengan banyak penguasa lain yang kekayaannya berlimpah, tetapi namanya tercatat sebagai penindas.

Kisah lain datang dari sejarah Sparta, sebuah peradaban yang memprioritaskan kehormatan di atas segalanya. Prajurit-prajurit Sparta hidup dalam kesederhanaan, menjauhi kemewahan. Fokus mereka adalah pada disiplin, keberanian, dan pengabdian kepada negara, mereka menolak untuk disuap Raja Xerxes untuk menyerah. Bagi mereka, mati dalam pertempuran untuk membela kehormatan dianggap sebagai puncak kejayaan, jauh lebih mulia daripada hidup dengan kekayaan tetapi tanpa kehormatan.

​Atau lihatlah Lorenzo Anello dalam film A Bronx Tale. Ia seorang sopir bus yang miskin secara materi. Namun, ketika anaknya, Calogero, tergiur oleh kekayaan mafia yang bernama Sonny, Lorenzo dengan tegas menolak cara hidup dan uang haram yang ditawarkan. Ia memilih untuk tetap bekerja sebagai sopir bus, hidup dalam kesederhanaan, demi menjaga kehormatan dan keutuhan keluarganya. Bagi Lorenzo, kehormatan dan integritas diri jauh, serta keberkahan rezeki keluarga nya, jauh lebih berharga daripada semua uang haram yang bisa ia dapatkan.

​Hal ini juga berlaku bagi para penegak hukum dan pejabat negara yang terpilih. Mereka mendapatkan kehormatan langsung dari negara, sebuah kehormatan yang diberikan atas dasar kepercayaan rakyat. Oleh karena itu, sudah seharusnya mereka menjaga kehormatan tersebut dengan cara hidup yang jujur, termasuk dalam mengumpulkan harta. Jika seorang pejabat menyalahgunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri, kehormatan yang diberikan negara akan tercoreng, dan rakyat dapat tidak akan lagi menaruh kepercayaan.

Bung Hatta pernah berpesan sebagaimana dikutip dalam Buku Bung Hatta dan Pendidikan Karakter, diterbitkan oleh Ar-Ruzz Media pada 2018, kurang lebih seperti  ini "Kurang Cerdas dapat diperbaiki dengan belajar, Kurang Cakap dapat diperbaiki dengan pengalaman, namun tidak jujur sulit", yang dimaksud tidak jujur di sini adalah bukan berarti kebohongan sesekali, melainkan pilihan untuk hidup dalam kebohongan, hal ini karena ketidak jujuran adalah pilihan hidup yang menguji dan membentuk karakter seseorang.

​Pada akhirnya, penulis menyimpulkan, kekayaan hanyalah alat, sedangkan kehormatan adalah warisan. Kekayaan dapat musnah dalam sekejap, tetapi kehormatan akan abadi. Ia akan menjadi fondasi bagi karakter, membangun kepercayaan, dan menciptakan rasa hormat yang tidak dapat dibeli dengan apa pun. Karena kehormatan ditempa dari godaan, pilihan dan ujian hidup.