Melayani di Mimbar Keadilan: Mengubah Pekerjaan Apapun Menjadi Ladang Ibadah

Konsep ini dikenal dalam banyak tradisi sebagai "bekerja sebagai ibadah" atau "pelayanan sebagai ibadah."
ilustrasi bekerja sebagai ibadah. Foto : Ilustrasi
ilustrasi bekerja sebagai ibadah. Foto : Ilustrasi

Kita sering memandang ibadah sebagai serangkaian ritual sakral seperti doa, puasa, atau bahkan khotbah yang disampaikan dari mimbar suci. 

Namun, pemahaman yang lebih mendalam dan inklusif tentang spiritualitas mengajarkan bahwa ibadah adalah keseluruhan hidup, dan setiap pekerjaan, mulai dari menyapu jalan hingga memimpin sidang di pengadilan, dapat diangkat menjadi tindakan kebaktian yang mulia.

Konsep ini dikenal dalam banyak tradisi sebagai "bekerja sebagai ibadah" atau "pelayanan sebagai ibadah." Intinya terletak bukan pada jenis pekerjaan yang kita lakukan, melainkan pada niat, etos, dan dampak dari pekerjaan itu.

Pengadilan dan Pelayan Rumah Ibadah: Sebuah Paralel

Ambil contoh pekerjaan di lingkungan pengadilan. Di mata awam, ini adalah tempat yang dingin, penuh dengan berkas hukum, argumentasi sengit, dan keputusan yang mengikat. 

Namun, jika dilihat dari kacamata spiritual, petugas pengadilan seperti hakim, jaksa, panitera, pengacara, hingga staf kebersihan yang memainkan peran yang secara fundamental setara dengan pemuka agama.

Seorang pemuka agama berjuang untuk menegakkan kebenaran moral dan keadilan spiritual di komunitasnya, menyampaikan ajaran yang menuntun manusia pada hidup yang lurus. 

Di sisi lain, seseorang yang bekerja di pengadilan bertanggung jawab untuk menegakkan kebenaran faktual dan keadilan prosedural di masyarakat.

  • Hakim yang memutuskan perkara dengan hati nurani yang bersih, berusaha mencapai keadilan sejati, sedang melakukan ibadah melalui penegakan al-haqq (kebenaran).
  • Pengacara yang membela klien dengan integritas dan kejujuran, memastikan setiap orang mendapat haknya untuk didengar, sedang melayani prinsip kesetaraan.
  • Panitera yang mencatat setiap detail persidangan dengan teliti dan akurat, memastikan tidak ada informasi yang terlewat, sedang melakukan ibadah melalui sifat amanah dan profesionalisme.

Setiap berkas yang diurus, setiap jam kerja lembur untuk meneliti kasus, adalah pelayanan yang bertujuan untuk menciptakan tatanan yang benar di bumi, sebuah tujuan yang tidak jauh berbeda dari cita-cita luhur yang diusung oleh para pemuka agama.

Dari Pabrik ke Ruang Rapat: Tiga Pilar Ibadah Kerja

Prinsip ini berlaku universal. Seorang insinyur yang merancang jembatan dengan standar keamanan tertinggi sedang beribadah dengan menjaga keselamatan banyak nyawa. 

Seorang guru yang sabar membimbing murid yang sulit sedang beribadah melalui penyebaran ilmu dan kasih sayang. Seorang petani yang menanam dengan penuh kepedulian terhadap lingkungan sedang beribadah melalui penyediaan rezeki yang halal bagi sesamanya.

Untuk mengubah pekerjaan sekuler menjadi ibadah, kita hanya perlu menerapkan tiga pilar utama:

  1. Niat yang Benar (Ikhlas): Niatkan pekerjaan bukan hanya untuk gaji atau pujian, tetapi untuk mencari keridaan Tuhan melalui pelayanan kepada sesama. Gaji menjadi alat untuk kelangsungan hidup, bukan tujuan akhir.
  2. Etos Kerja yang Unggul (Ihsan): Lakukan pekerjaan dengan standar tertinggi, dengan profesionalisme, kejujuran, dan ketelitian. Ihsan berarti melakukan segala sesuatu seolah-olah Anda dilihat oleh-Nya. Di pengadilan, ini berarti menolak suap, bekerja sesuai prosedur, dan bersikap adil.
  3. Dampak Positif (Kebaikan): Pastikan pekerjaan kita memberikan kontribusi yang baik. Bahkan pekerjaan yang paling sederhana, seperti menjaga kebersihan, memiliki dampak spiritual yang besar karena menciptakan lingkungan yang nyaman dan layak bagi orang lain.

Ketika seorang pemuka agama menyampaikan kebenaran dari mimbar, ia mengubah hati. Ketika seorang profesional bekerja dengan integritas tinggi, ia mengubah dunia nyata melalui tindakan nyata yang adil, jujur, dan bermanfaat.

Oleh karena itu, mari kita tinggalkan dikotomi antara yang sakral dan yang profan. Panggilan kita untuk beribadah ada di mana pun kita berada. 

Meja kerja kita, ruang sidang kita, bengkel kita dan semua itu adalah mimbar ibadah di mana kita menyampaikan "kebenaran" melalui setiap tindakan kebaikan dan keadilan yang kita lakukan.

Penulis: Fuadil Umam
Editor: Tim MariNews