Masyarakat Kabupaten Paser, yang mendiami wilayah di Provinsi Kalimantan Timur, memiliki kekayaan budaya dan kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun. Salah satu warisan budaya yang sangat penting dan menjadi pegangan dalam kehidupan sehari-hari mereka adalah falsafah hidup masyarakat kabupaten yang dikenal dengan istilah "Olo Manin Aso Buen Siolondo Londo."
Secara harfiah, "Olo Manin Aso Buen Siolondo Londo" memiliki arti “Hari Esok Harus Lebih Baik dari Hari Sekarang” istilah ini berasal dari bahasa Paser yang mengandung makna mendalam tentang sikap dan cara hidup yang penuh tanggung jawab dan optimisme menuju hari depan untuk terus maju dan berkembang serta berupaya untuk mencapai hasil yang lebih baik dari hari sebelumnya. Sebuah pesan sederhana, namun sarat makna, terutama ketika dihadapkan pada tantangan kehidupan yang berat dan tak menentu.
Dalam konteks kualitas kerja khususnya sebagai Aparatur Sipil Negara di Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya, falsafah ini menjadi sumber motivasi dan pedoman untuk selalu optimis dalam meningkatkan produktivitas dan profesionalisme dalam bekerja.
Menginternalisasi pepatah ini dalam kehidupan sehari-hari, berarti juga kita belajar untuk menerima kegagalan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan. Ia mengajarkan kita badai pasti berlalu, dan setelah malam yang gelap akan selalu datang fajar.
Sebagai insan yang penuh optimisme, kita diajak untuk selalu mencari cahaya dalam kegelapan, harapan dalam keputusasaan, dan kekuatan dalam kesulitan. Kita menjadi pribadi yang tidak hanya bertahan, tapi juga tumbuh dan menginspirasi orang lain
Filosofi ini sejajar dengan pesan-pesan Al-Qur’an dan hadis, yang mendorong umat-Nya untuk selalu berpikir positif terhadap takdir Allah dan terus selalu berusaha memperbaiki diri.
Dalam Surah Al-Insyirah, Allah SWT berfirman:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
"Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
(QS. Al-Insyirah: 5-6)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR.Muslim).
Implementasi Falsafah dalam Dunia Kerja di Mahkamah Agung dan Badan Peradilan di Bawahnya
Meski berasal dari budaya tradisional, nilai-nilai dalam "Olo Manin Aso Buen Siolondo Londo" sangat relevan dan bisa diterapkan dalam dunia kerja modern khususnya di Mahkamah Agung (MA) dan badan peradilan di bawahnya yang merupakan pilar penting dalam menjamin tegaknya hukum dan keadilan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya diterpa berbagai badai ujian yang cukup berat-baik dalam bentuk krisis kepercayaan publik, kasus dugaan korupsi di internal peradilan, maupun sorotan terhadap transparansi dan integritas lembaga.
Meski demikian, badai ini bukan akhir dari segalanya. Justru, sebagaimana falsafah masyarakat Paser, “Hari Esok Harus Lebih Baik dari Hari Sekarang", maka MA harus menyikapi ujian ini sebagai momentum introspeksi dan reformasi, dengan semangat optimisme dan tekad kuat untuk bangkit.
Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya harus selalu mendukung semangat perbaikan terus-menerus (continuous improvement), dalam layanan peradilan. Sebuah organisasi yang sehat tidak menghindari kritik, tetapi menjadikannya bahan evaluasi untuk menjadi lebih baik. Dalam konteks ini:
- Jika ada pelayanan yang belum optimal hari ini, maka ada harapan kuat untuk memperbaikinya besok.
- Jika ada pelanggaran etik yang mencoreng nama baik institusi, maka harus ada tekad untuk membersihkan dan memperbaiki secara menyeluruh.
“Olo Manin Aso Buen Siolondo” menjadi landasan untuk selalu optimis terhadap kehidupan yang lebih baik dan tidak cepat puas dengan pencapaian, namun terus memperjuangkan Peradilan yang bersih, akuntabel, dan manusiawi.