Kepala BUA: AI Bisa Gantikan Nalar dan Naluri, tetapi Tidak Nurani

Nurani adalah nilai kemanusiaan yang melekat pada setiap individu, yang tak dapat diprogram atau diotomatisasi.
Kepala Badan Urusan Administrasi (BUA) yang dilantik pada Rabu (30/7/2025) Dr. Sobandi, S.H., M.H., (paling kanan) melakukan kunjungan kerja ke sejumlah biro di lingkungan BUA pada Jumat (8/8/2025). Foto Humas MA.
Kepala Badan Urusan Administrasi (BUA) yang dilantik pada Rabu (30/7/2025) Dr. Sobandi, S.H., M.H., (paling kanan) melakukan kunjungan kerja ke sejumlah biro di lingkungan BUA pada Jumat (8/8/2025). Foto Humas MA.

MARINews, Jakarta-Dr. Sobandi, S.H., M.H., Kepala Badan Urusan Administrasi (BUA) yang dilantik pada Rabu, 30 Juli 2025 lalu, melakukan kunjungan kerja ke sejumlah biro di lingkungan BUA (8/8/2025). Kegiatan ini bukan sekadar perkenalan, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi sekaligus mendengar langsung aspirasi dan kondisi di lapangan.

Dalam kunjungannya, Dr. Sobandi duduk bersama para pejabat di biro-biro tersebut untuk mendengarkan paparan program kerja, tantangan, serta hambatan yang mereka hadapi. Ia menegaskan, keberhasilan BUA sangat ditentukan oleh kekompakan tim dan sinergi antarbiro.

“Kita harus bekerja bersama, saling dukung, dan punya semangat yang sama demi mendukung visi dan misi Mahkamah Agung,” ujarnya.

Selain memperkenalkan diri, Dr. Sobandi juga memberikan pembinaan yang terinspirasi dari pesan Ketua Mahkamah Agung tentang prinsip kerja 3N: nalar, naluri, dan nurani. Tiga prinsip ini, menurutnya, adalah fondasi yang harus dipegang teguh oleh setiap pegawai, di semua level, dan di semua lini pekerjaan.

Menariknya, Kepala BUA yang juga menjabat sebagai Plt. Kepala Biro Hukum dan Humas MA, mengaitkan prinsip ini dengan perkembangan teknologi modern, termasuk kecerdasan buatan (AI).

“Di era sekarang, nalar bisa saja digantikan oleh AI, bahkan naluri pun bisa ditiru oleh mesin lewat algoritma canggih. Tetapi ada satu hal yang tidak akan pernah bisa digantikan oleh AI, yaitu nurani,” tegasnya.

Ia menekankan, nurani adalah nilai kemanusiaan yang melekat pada setiap individu, yang tak dapat diprogram atau diotomatisasi.

“Nurani adalah penentu apakah kita hanya sekadar bekerja atau benar-benar melayani dengan hati. Inilah yang membedakan kita dari mesin,” ujarnya.

Pesan ini, menurutnya, penting diingat oleh seluruh jajaran BUA, terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Ia mengingatkan bahwa kecepatan dan efisiensi memang penting, namun keadilan, empati, dan rasa tanggung jawab sosial jauh lebih berharga.

Dalam kesempatan tersebut, Kepala BUA juga mengingatkan pentingnya menghindari pelayanan yang bersifat transaksional. Ia mengutip pesan Ketua MA bahwa aparatur peradilan adalah pelayan masyarakat, bukan sebaliknya.

“Kita ini memberikan pelayanan, bukan dilayani. Prinsip ini harus tertanam kuat di hati kita masing-masing,” ujarnya.

Kunjungan kerja ini diakhiri dengan ajakan untuk terus berinovasi, beradaptasi dengan perkembangan teknologi, namun tetap berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan.

“Kita boleh memanfaatkan teknologi untuk mempercepat dan mempermudah pekerjaan. Tetapi jangan sampai kita kehilangan sisi manusiawi kita,” tutupnya.