Suatu malam di 2023, saya dan Mbak Enny (rekan kantor), tiba di Bandara Juanda, Surabaya. Kami di sana untuk melaksanakan tugas peliputan kegiatan pimpinan Mahkamah Agung.
Karena penerbangan kami mengalami keterlambatan hampir dua jam, kami baru mendarat di Kota Pahlawan itu sekitar pukul 20.30 waktu setempat.
Kami tiba berbarengan dengan rombongan pimpinan Mahkamah Agung. Salah satu di antaranya adalah Dr. H. Sobandi, S.H., M.H., yang biasa kami panggil dengan sebutan akrab Pak Karo, singkatan dari Bapak Kepala Biro.
“Sudah ada mobil?” tanyanya ringan ketika kami bertemu di pintu keluar bandara. “Kalau belum, bareng saja yuk!”
Itu bukan sekadar basa-basi. Pertanyaan seperti itu, sering saya dapatkan darinya saat kami berbarengan tugas ke luar kota. Dan saya tahu betul, ucapannya itu bukan formalitas atau keramahan sesaat, karena selain kami, stafnya yang lain pun mendapatkan perlakuan yang sama. Begitulah Pak Karo.
Malam itu, karena sudah memesan taksi online, jadi kami menyampaikan, tidak bisa ikut bersamanya. Tetapi di banyak kesempatan sebelum dan sesudah itu, saya sering diajak satu mobil dengannya. Ya, diajak! Bukan hanya diberi tumpangan, tetapi benar-benar diajak. Padahal kami canggung.
Namun, Pak Karo tak pernah canggung atau sungkan untuk mengajak anak buahnya naik mobil yang sama. Tak ada sekat hierarki. Di dalam mobil, ia biasanya bercerita tentang banyak hal, dengan gaya bicara yang khas dan penuh humor. Ya, Begitulah Pak Karo!
Suatu kali, di dalam mobil menuju lokasi acara, saat kami diajak bareng dengannya, ia bercerita kalau semasa kecil, ia pernah bercita-cita menjadi orang sakti. Orang yang bisa berjalan di atas air dan udara, bahkan memiliki kekuatan untuk menghidupkan dan mematikan orang.
“Dan sekarang,” katanya sambil tertawa, “saya bisa berjalan di atas air lewat perahu, bisa berjalan di udara lewat pesawat. Dan, sebagai hakim, saya bisa ‘menghidupkan’ orang atau ‘mematikannya’ lewat palu sidang.”
Kami pun tertawa, bukan karena cerita itu lucu, tetapi karena cara beliau menceritakannya sangat hidup. Dari mimpi kanak-kanak yang terdengar ajaib, menjadi kenyataan dalam bentuk yang berbeda, melalui jalan yang nyata.

Selain gemar mengajak berbagi kendaraan, Pak Karo juga punya kebiasaan lain, yakni mengajak makan. Hampir di setiap daerah yang kami kunjungi bersama, ia selalu sempatkan untuk mencicipi kuliner khas daerah tersebut. Aneka soto, rawon, pecel, sate, bakmi, sup ikan, dan lain sebagainya. Pak Karo selalu punya rekomendasi tempat makan khas daerah yang enak. Di manapun. Biasanya, kami akan makan bersama dalam satu meja sambil mendengarnya bercerita tentang apapun, termasuk sejarah daerah dan keunikan makanan yang kami makan. Makanya, jika dinas bareng dengan Pak Karo, kami merasa seperti mendapat bonus kuliner dan sejarah.
Namun, kebiasaan mengajak makan itu tidak berlaku jika itu adalah Senin dan Kamis, karena khusus di dua hari itu, saat berdinas ke provinsi manapun, pasti Pak Karo berpuasa. Kebiasaan tersebut, sudah ia jalankan sejak duduk di sekolah dasar. Baginya, puasa Senin Kamis adalah tameng bagi dirinya.
“Pernah satu kali saya membatalkan puasa karena menghormati tuan rumah yang sudah menyiapkan hidangan khusus untuk saya,” tuturnya lirih. “Tetapi setelah itu, anak saya mengalami musibah. Sejak saat itu, saya tak pernah bolong lagi. Puasa ini adalah tameng saya,” katanya penuh keyakinan.
Saat di kantor berbeda lagi, jika sedang tidak buru-buru, ia tak segan akan menyapa dan menyalami staf-stafnya. Hingga menanyakan kabar dan progres pekerjaan dengan suasana santai. Jika sedang rapat, sebagai pimpinan tertinggi di Biro kami, ia akan memberikan kesempatan yang sama untuk semua seperti hakim, nonhakim, pejabat, staf, semua diberikan hak yang untuk berpendapat dan bersuara. Tidak membeda-bedakan.
Kemarin siang (Rabu, 30 Juli 2025. Pak Karo resmi dilantik sebagai pejabat Eselon I Mahkamah Agung. Maka panggilan Pak Karo akan berubah menjadi Pak KaBUA (Kepala Badan Urusan Administrasi).
Sebagai anak buah yang sering berinteraksi dengannya, mendengar ceritanya, dan melihat kesungguhan dan ketulusannya, saya merasa bangga sekaligus haru.
Saya percaya, jabatan ini jatuh ke tangan yang tepat. Saya mendoakan semoga Allah senantiasa melindungi beliau, membimbing setiap langkahnya, dan menunjukkan jalan yang lurus.
Selamat bertugas, Pak KaBUA. Doa kami menyertai langkahmu.
Pesan kami satu, tetap begitu ya Pak KaBUA!