Tanpa seorang ibu, kita tidak akan terlahir ke dunia ini. Seorang ibu rela bertaruh nyawa dan mengandung kita sembilan bulan lamanya. Sosok yang pertama mendengar jeritan tangis kita ketika proses melahirkan selesai, tahapan yang begitu menyakitkan namun ia kuat menahan rasa sakit tersebut demi pengorbanan nya terhadap kita.
Setelah melahirkan kita, beliau menyusui, mengasuh dan merawat kita mulai dari bayi hingga beranjak dewasa, tanpa mengenal rasa lelah, meski di saat tersebut tubuhnya mulai menua seiring berjalannya waktu. Ia tak pernah sedikit meminta balasan, karena yang ia lakukan adalah bentuk ketulusan, simbol cinta, dan pengorbanan orang tua terhadap buah hatinya.
Ibu adalah madrasah pertama kita di dunia ini. Dalam syair arab, ibu dikenal sebagai ‘’Al Ummu Madrasatul Ula’’ yang berarti ibu adalah madrasah anak yang pertama dan utama. Jika seorang ibu baik agama dan akhlaknya, Insya Allah Pendidikan anak akan baik. Sebuah pondasi untuk menjaga agama dan akhlak anak-anaknya agar terhindar dari hal-hal buruk yang tertuju kepada sang anak.
Guru pertama yang mengajarkan kita bagaimana belajar berbicara, berjalan, membaca yang dilakukan dengan lembut kasihnya, dan mengajarkan bagaimana disiplin yang terkadang bersikap tegas namun ketegasan tersebut bukan berarti ia marah, melainkan ia sayang kepada kita dan menginginkan buah hatinya tumbuh menjadi pribadi yang baik. Ikatan batin antara anak dan ibu sangat kuat, menjadi energi yang tak terpisahkan oleh apapun.
Kasih sayang tak kenal waktu, bahkan sampai anaknya telah dewasa, ia tetap menjadi tempat pulang bagi anaknya untuk mencurahkan isi hatinya kepada ibunya tercinta. Ia selalu ada menjadi pendengar setiap keluh kesah sang anak dan memberikan solusi yang mampu membuat anaknya tersebut merasa tenang dan aman. Kehadirannya membuat hati nyaman, cintanya tulus dan tak pernah sedikitpun meminta balasan.
Bagi penulis, ibu adalah sosok tangguh dan kuat, dia memberi semangat salah satunya ketika penulis mengikuti seleksi calon pegawai negeri sipil Mahkamah Agung tahun 2024. Sejak tahap seleksi administrasi ia selalu mengiringi dan berpesan agar berhati-hati dan teliti ketika menginput berkas administrasi agar tidak terjadi kesalahan yang fatal. Alhamdulillah pesannya tersebut berbuah hasil sehingga penulis dapat melanjutkan ke tahapan berikutnya yakni seleksi kompetensi dasar.
Pada tahap belajar seleksi kompetensi dasar, ibu selalu memberi dorongan motivasi dan mengajarkan jangan pernah menyerah dan pada setiap harinya ibu selalu berdoa kepada tuhan agar anaknya diberikan kemudahan dalam belajar dan saat tes berlangsung. Hari ujian pun tiba, ibu mendampingi penulis, berkat doa nya yang tak putus dan semangat penulis yang tak ingin ibu pulang dengan rasa kecewa Alhamdulillah mendapat hasil yang baik sehingga dapat melanjutkan ke tahap seleksi kompetensi bidang.
Tak ingin berlarut dalam kebahagiaan dan sukacita, penulis fokus untuk belajar keras mengingat persaingan yang semakin berat, namun penulis tak gentar karena penulis yakin dengan kehadiran seorang ibu dalam setiap hal yang kita lakukan pasti akan membawa keberhasilan. Dan benar ucapan tersebut membuat penulis lulus di tahap kompetensi bidang, dan tersisa dua tahapan tes lagi yaitu wawancara dan samapta.
Ibu mengajarkan bagaimana bersikap tenang ketika dihadapkan oleh pertanyaan-pertanyaan dari penguji, bagaimana cara berbicara yang terstruktur dan rapi. Masukan tersebut penulis dengar baik dan terapkan pada seleksi wawancara kali ini, dan ia benar naluri seorang ibu tak pernah salah, penulis berhasil menjalani rangkaian tes wawancara dan tersisa satu tahapan tes lagi yaitu samapta.
Dukungan moril dan motivasi ibu berikan ketika penulis latihan fisik, sehingga meningkatkan semangat penulis untuk berlatih keras. Pagi hari yang bahkan matahari belum terbit, ibu hadir mendampingi putra tercintanya dengan semangatnya mendampingi sang putra mengikuti tahapan terakhir seleksi calon pegawai negeri sipil. Doa yang tak kunjung henti, serta ketulusan sang putra dapat mengikuti tahapan terakhir dengan lancar tanpa kendala, dan tinggal menunggu waktu pengumuman kelulusan.
Hari yang ditunggu pun tiba, sore hari kala itu keluar pengumuman kelulusan seleksi calon pegawai negeri sipil. Dan ibu segera melihat pengumuman dan putra tercintanya ini ada dalam peserta yang lulus bersama peserta lainnya, ibu langsung memeluk dan tak mampu membendung air matanya. Tak sia-sia pengorbanan waktu, doa, dan pikiran selama ini yang ia lakukan demi kesuksesan anaknya.
Cerita singkat tersebut merupakan contoh bahwa ketika kesuksesan anak adalah tak lain berkat sosok seorang ibu, tanpa doa darinya tentu penulis tidak akan bisa berada sebagai aparatur Mahkamah Agung saat ini. Kini sebaliknya kita harus mendoakannya dan berbuat baik padanya agar ia sehat wal’afiat dan bisa menyaksikan kisah kesuksesan kita selanjutnya. Ia adalah alasan bagiku untuk menjadi pribadi yang kuat.
Akhirnya, setiap langkah dalam hidup kita, ibu selalu menyertai. Ketika kita sukses, ia adalah pelukan pertama yang kita cari. Dalam diamnya, ia mendoakan. Karena sejatinya, ibu adalah anugerah terindah yang tuhan titipkan untuk menunjukan arti cinta sejati yang sesungguhnya.
Selamat Hari Ibu untuk para ibu yang ada di seluruh dunia, semoga senantiasa diberikan Kesehatan, kebahagiaan, dan cinta yang pantas didapatkan.
REFERENSI:
Kitab Shalih Al Utsaimin, Syaikh Muhammad bin. Daurul Mar’ah fii Ishlaahil Mujtama, Riyadh.




