Saat Pengacara Ternama Hanya Mementingkan Kemenangan dan Ketenaran dalam Film Primal Fear

Film ini dengan berani membahas konsep pembelaan "tidak bersalah karena gila," yakni prinsip hukum yang menyatakan, terdakwa tidak dapat dianggap bertanggung jawab atas tindakannya jika saat melakukan kejahatan.
Poster film Primal Fear. Foto primevideo.com/
Poster film Primal Fear. Foto primevideo.com/

Film "Primal Fear" berkisar pada Martin Vail (diperankan oleh Richard Gere), pengacara pembela ambisius di Chicago yang terkenal karena menangani kasus-kasus berprofil tinggi, sering kali tanpa biaya, demi mendapatkan perhatian media.

Suatu hari, ia melihat berita tentang penangkapan Aaron Stampler (diperankan oleh Edward Norton), seorang anak altar pemalu dan gagap yang dituduh membunuh Uskup Agung Rushman di Chicago, setelah ditemukan dalam keadaan berlumuran darah.

Vail melihat, kasus ini sebagai peluang untuk meningkatkan reputasinya dan menawarkan diri membela Aaron secara cuma-cuma. Meskipun awalnya ia ragu dan lebih tertarik mencari publisitas, namun interaksinya dengan Aaron di penjara membongkar pandangannya. Di mana, Aaron menunjukkan ketakutan yang mendalam dan kesulitan dalam berkomunikasi.

Selama penyelidikan, Vail menemukan rekaman yang menunjukkan Uskup Agung Rushman telah melakukan pelecehan seksual terhadap Aaron dan anak-anak altar lainnya, yang memberikan alasan yang kuat bagi Aaron untuk melakukan pembunuhan. Situasi menjadi semakin rumit ketika seorang psikolog, Dr. Molly Arrington (Frances McDormand), mengonfirmasikan kalau Aaron mengalami gangguan kepribadian ganda, dengan kepribadian lain bernama "Roy" yang sangat agresif.

Dalam persidangan, Vail berhadapan dengan mantan kekasihnya, Janet Venable (Laura Linney), yang kini menjadi jaksa penuntut. Vail berusaha membuktikan bahwa Aaron tidak bersalah karena ketidakstabilan mentalnya dan berargumen bahwa Roy ialah pelaku sebenarnya. Ia berusaha memicu kemunculan Roy di pengadilan, dan setelah beberapa usaha, Roy muncul dan menyerang Janet.

Belakangan, jaksa berhasil diyakinkan tentang kepribadian ganda Aaron, sehingga Aaron dinyatakan tidak bersalah karena alasan kegilaan dan dikirim ke rumah sakit jiwa dengan pengawasan ketat.

Namun, di akhir film terdapat plot twist yang mencengangkan. Ketika Vail mengunjungi Aaron setelah persidangan, Aaron memintanya untuk menyampaikan pesan kepada Janet, yang mengungkapkan bahwa ia mengingat seluruh proses persidangan dan mengakui tidak memiliki kepribadian ganda.

Roy ternyata adalah tipuan yang ia ciptakan untuk memanipulasi semua orang, termasuk Vail, dan Aaron mengakui bahwa ia adalah yang membunuh Linda, tidak hanya Uskup Agung. Pengakuan ini mengungkapkan kalau Aaron adalah seorang sosiopat cerdas yang berhasil menipu sistem hukum dan pengacara berbakat seperti Martin Vail, dan ia hanya akan dirawat di rumah sakit jiwa untuk waktu yang singkat.

Tema utama film ini adalah sistem peradilan ppidana yang rentan terhadap manipulasi. Cerita secara dramatis memperlihatkan bagaimana terdakwa yang cerdik dapat mengeksploitasi kelemahan dalam hukum.

Aaron yang berpura-pura memiliki kepribadian ganda, berhasil menghindari hukuman pembunuhan dan hanya di tempatkan di rumah sakit jiwa, yang bersifat sementara. Ini menunjukkan betapa rentannya sistem hukum terhadap individu yang tidak jujur dan manipulatif.

Film ini juga menggarisbawahi pentingnya integritas dan etika dalam praktik hukum untuk hakim, jaksa, dan pengacara. Meskipun karakter Martin Vail terdorong oleh ambisi dan ketenaran, ia akhirnya menghadapi kenyataan pahit, telah dimanfaatkan oleh terdakwa. Ini memunculkan pertanyaan mengenai batasan etika seorang pengacara-apakah tujuannya hanya untuk memenangkan kasus, ataukah ada tanggung jawab yang lebih besar terhadap kebenaran dan keadilan?

Vail yang menyadari kebohongan Aaron menunjukkan, bahkan pengacara yang paling skeptis dapat terkena dampak pelanggaran etika dan moral yang serius. Apabila, hanya menginginkan kemenangan dan publisitas yang tinggi bagi karirnya sebagai pengacara
Tantangan dalam membuktikan kondisi mental Aaron menunjukkan sulitnya dalam menilai kesehatan mental seseorang, seperti gangguan kepribadian ganda di pengadilan.

Meskipun Dr. Arrington, sebagai psikolog, memberikan keterangan ahli, keputusan akhir tetap ditentukan oleh hakim berdasarkan bukti dan interpretasi. Film ini menunjukkan bagaimana diagnosis psikiatri bisa menjadi pedang bermata dua, berpotensi memberikan kebebasan kepada pelaku dari hukuman berat, tetapi juga bisa disalahgunakan.

Pengaruh media dan opini publik juga memainkan peranan penting dalam proses hukum. Sejak awal, Vail tertarik dengan kasus Aaron karena perhatian publik yang besar. Film ini secara halus menunjukkan bahwa tekanan media dan opini masyarakat bisa memengaruhi jalannya persidangan, baik bagi hakim, jaksa maupun pengacara. Kasus sensasional sering kali menarik perhatian masyarakat, yang bisa merubah perspektif terhadap keadilan.

Film ini dengan berani membahas konsep pembelaan "tidak bersalah karena gila," yakni prinsip hukum yang menyatakan, terdakwa tidak dapat dianggap bertanggung jawab atas tindakannya jika saat melakukan kejahatan, karena dia tidak memahami sifat atau kesalahan dari tindakannya akibat penyakit mental. "Primal Fear" menunjukkan bagaimana argumen ini, meskipun sah secara hukum, bisa dimanfaatkan untuk menghindari tanggung jawab.