Dalam mengemban tugas sebagai penegak hukum, sering kali kita dihadapkan pada tantangan yang berat, bahkan terasa mustahil. Tekanan, godaan, dan rasa lelah bisa mengikis semangat. Namun, ada satu kisah inspiratif dalam Al-Qur'an, yaitu kisah Nabi Musa AS dalam surah Thahaa, yang dapat menjadi pedoman dan pengingat bagi para penegak hukum untuk tidak pernah menyerah dan senantiasa bersyukur.
Keteguhan Hati di Hadapan Firaun
Kisah ini dimulai ketika Allah SWT memerintahkan Nabi Musa untuk menghadap Firaun, penguasa zalim yang mengaku sebagai Tuhan. Ini bukanlah tugas yang mudah. Firaun adalah simbol keangkuhan dan kekuasaan absolut. Namun, Nabi Musa tidak mundur. Ia memanjatkan doa yang luar biasa, memohon kelapangan hati, kemudahan urusan, dan kelancaran dalam bertutur kata. Doa ini terekam indah dalam ayat 25-28 surah Thahaa:
"Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku."
Ini adalah pelajaran pertama bagi para penegak hukum. Saat menghadapi kasus yang rumit, tekanan dari pihak-pihak berkuasa, atau situasi yang menguji integritas, kita harus memohon kekuatan dan kelapangan hati. Doa ini mengajarkan bahwa kekuatan sejati bukan hanya pada fisik atau jabatan, melainkan pada ketenangan batin dan keyakinan bahwa Allah akan mempermudah setiap niat baik.
Pantang Menyerah Meski Tak Berdaya
Perjalanan Nabi Musa menghadapi Firaun penuh dengan rintangan. Ia difitnah sebagai penyihir, diancam, dan diolok-olok. Pasukan Firaun mengejar mereka hingga ke Laut Merah, situasi yang secara logika manusia, sudah tidak ada jalan keluar. Namun, pada titik keputusasaan itu, Nabi Musa tidak menyerah. Allah SWT berfirman dalam surat Asy-Syu'ara ayat 62:
"Sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku."
Kalimat ini adalah pengingat penting. Dalam menjalankan tugas, mungkin kita akan merasa sendirian, tidak memiliki kekuatan, dan terdesak. Namun, keyakinan bahwa ada kekuatan yang lebih besar yang mengawasi dan membimbing adalah kunci untuk bangkit. Pantang menyerah bukan berarti tidak boleh merasa lelah, tetapi tidak boleh berhenti melangkah. Tugas menegakkan keadilan adalah tugas suci yang dijanjikan pertolongan-Nya.
Belajar dari Kesabaran dan Rasa Syukur
Selain keteguhan, surat Thahaa juga mengajarkan tentang pentingnya kesabaran dan rasa syukur. Setelah Firaun ditenggelamkan, Allah SWT memberikan nikmat besar kepada Bani Israil. Mereka diselamatkan dan diberikan makanan dari langit. Namun, mereka justru mengeluh dan menuntut hal lain. Kisah ini menjadi cerminan bahwa seringkali manusia lupa bersyukur atas nikmat yang sudah didapatkan.
Bagi para penegak hukum, rasa syukur sangatlah penting. Bersyukur karena diberikan kesempatan untuk berbuat adil, bersyukur atas integritas yang masih terjaga, dan bersyukur atas setiap proses yang dijalani, sekecil apapun itu. Jangan sampai kita fokus pada kekurangan atau kesulitan, hingga melupakan nikmat dan hikmah yang ada di dalamnya.
Penutup: Doa dan Harapan
Kisah Nabi Musa dalam surah Thahaa adalah pelajaran berharga. Ia adalah simbol keteguhan, keberanian, dan keyakinan. Ia mengajarkan kita, sehebat apapun tantangan di hadapan, jika didasari niat tulus dan keyakinan penuh kepada Allah SWT, tidak ada yang mustahil.
Untuk para pendekar penegak hukum yang sedang berjuang, jadikanlah kisah ini sebagai penguat hati. Teruslah berjuang dengan integritas, pantang menyerah dalam menegakkan kebenaran, dan senantiasa bersyukur atas setiap langkah yang sudah dilalui. Semoga setiap lelah dan peluh yang diteteskan menjadi saksi perjuangan yang mulia di sisi-Nya.