Alur Kisah Film The Trial of the Chicago 7: Ketika Hukum Bertekuk Lutut pada Politik

Film ini adalah pengingat keras, kewaspadaan terhadap intervensi politik dan bias kepentingan dalam sistem hukum, sangat krusial untuk menjaga integritas dan keadilan sejati.
Poster film The Trial of the Chicago 7. Foto tvinsider.com/
Poster film The Trial of the Chicago 7. Foto tvinsider.com/

Film ini dirilis pada 2020 oleh Netflix, yang ditulis dan diproduseri oleh Aaron Sorkin, serta dibintangi oleh banyak pemeran Hollywood ternama. Latar Belakang dimulai dari protes antiperang di Chicago 1968. 

Film ini dibuka dengan kilas balik ke 1968, saat ketegangan sosial dan politik di Amerika Serikat mencapai puncaknya akibat Perang Vietnam. Ribuan aktivis antiperang, termasuk mahasiswa, hippie dari kelompok Yippies, dan berbagai organisasi lainnya, berencana menggelar demonstrasi besar di Chicago.

Protes ini bertepatan dengan Konvensi Nasional Partai Demokrat, dan tujuannya jelas: menuntut diakhirinya Perang Vietnam. Tokoh-tokoh kunci seperti Abbie Hoffman dan Jerry Rubin (dari Yippies), Tom Hayden (aktivis mahasiswa moderat), serta David Dellinger (aktivis senior) diperkenalkan saat mereka mempersiapkan aksi.

Kerusuhan di Jalanan Chicago

Apa yang seharusnya menjadi demonstrasi damai berubah menjadi kekacauan. Pihak kepolisian Chicago dan Garda Nasional merespons demonstrasi dengan kekerasan berlebihan.

Bentrokan sengit pecah di jalanan, menciptakan adegan-adegan kerusuhan yang brutal dan berdarah. Film ini secara efektif menggambarkan momen-momen mengerikan ini melalui montase berita dan flashback sepanjang persidangan.

Penangkapan dan Dakwaan Kontroversial

Beberapa bulan setelah kerusuhan, Departemen Kehakiman di bawah pemerintahan Nixon yang baru, mendakwa delapan individu yang dianggap sebagai dalang kerusuhan tersebut. Mereka adalah Abbie Hoffman, Jerry Rubin, Tom Hayden, Rennie Davis, David Dellinger, Lee Weiner, John Froines dan Bobby Seale (Ketua Partai Black Panther)

Mereka didakwa dengan tuduhan konspirasi dan melintasi batas negara bagian untuk memicu kerusuhan, sebuah langkah yang secara luas dianggap bermotif politik untuk membungkam gerakan antiperang.

Drama Persidangan yang Penuh Gejolak

Inti dari film ini adalah persidangan yang berlangsung selama berbulan-bulan, dipimpin oleh Hakim Julius Hoffman (menunjukkan bias yang sangat jelas terhadap terdakwa). Drama persidangan ini meliputi di antaranya, pengusiran Bobby Seale yang tidak memiliki pengacara dan menuntut hak untuk membela diri, namun terus-menerus dihalangi dan dibatasi oleh hakim dengan cara yang kurang etis, di mana mulutnya ditutup kemudian diborgol tangan, badan dan kaki.

Bobby Seale merupakan pemimpin Partai Black Panther yang selama ini selalu menentang wajib militer yang diwacanakan Presiden Nixon. Dalam salah satu adegan paling mengejutkan, Hakim Hoffman memerintahkan agar Bobby diborgol dan mulutnya ditutup di ruang sidang. Kasus Bobby akhirnya dinyatakan mistrial, dan ia dikeluarkan dari persidangan, mengubah "Chicago 8" menjadi "Chicago 7".

Terdapat konflik internal para terdakwa, film ini menyoroti perbedaan pendekatan di antara para terdakwa. Abbie Hoffman dan Jerry Rubin sering menggunakan humor sarkastik dan "teater" di ruang sidang untuk memprotes sistem, sementara Tom Hayden lebih memilih pendekatan yang serius dan legalistik.

Jaksa Richard Schultz dan Thomas Foran berusaha keras untuk membuktikan ada konspirasi terencana di balik kerusuhan. Berbagai kesaksian, termasuk dari agen FBI yang menyusup dan kesaksian para demonstran dan polisi, diungkap di persidangan. Tetapi, seringkali menunjukkan bahwa pihak berwenanglah yang memprovokasi kekerasan.

Pengacara terdakwa, termasuk William Kunstler dan Leonard Weinglass, berjuang melawan sistem dan pengaruh politik yang tampaknya sudah berusaha memengaruhi persidangan.

Momen Puncak dan Pesan Akhir

Menjelang akhir persidangan, setelah semua argumen disajikan, Tom Hayden melakukan tindakan yang tak terduga. Saat ia diberi kesempatan untuk menyampaikan pernyataan terakhir, alih-alih membela diri atau meminta maaf, ia berdiri dan membacakan nama-nama tentara Amerika yang gugur di Vietnam. Ini adalah momen yang sangat kuat, mengingatkan semua orang akan akar permasalahan dan alasan utama protes yang berujung pada persidangan ini.

Akhirnya, putusan dibacakan. Meskipun beberapa terdakwa dinyatakan bersalah atas tuduhan lain, tuduhan konspirasi yang paling serius tidak terbukti pada semua. Film ini berakhir dengan sorotan pada dampak persidangan tersebut terhadap kehidupan para terdakwa dan bagaimana peristiwa ini menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan penyalahgunaan kekuasaan.

The Trial of the Chicago 7 adalah kisah yang kuat tentang kebebasan berbicara, aktivisme, dan perjuangan melawan sistem peradilan yang bias, di tengah gejolak salah satu periode paling bergolak dalam sejarah Amerika.

Film ini berlatar belakang era Nixon, di mana pemerintah AS merasa terancam oleh gerakan anti-Perang Vietnam yang semakin besar. Alih-alih mencari keadilan atas insiden kerusuhan di Chicago, penuntutan terhadap "Chicago 7" (awalnya "Chicago 8") adalah tindakan yang didorong oleh motif politik yang jelas.

Idealnya, hukum berfungsi sebagai pilar keadilan, di mana keputusan didasarkan pada fakta, bukti, dan prinsip-prinsip hukum yang objektif, tanpa campur tangan dari kekuatan di luar itu. Tujuan hukum seharusnya adalah menegakkan keadilan, melindungi hak-hak individu, dan menjaga ketertiban sosial secara adil.

Namun, The Trial of the Chicago 7 menunjukkan, ketika hukum menjadi alat bagi penguasa dan kepentingan politik atau dipengaruhi oleh bias kepentingan, tujuannya menjadi tercemar. Kebebasan berbicara ditekan, hak-hak sipil diinjak-injak, dan kepercayaan masyarakat terhadap institusi yang seharusnya menjaga keadilan runtuh.

Film ini adalah pengingat keras bahwa kewaspadaan terhadap intervensi politik dan bias kepentingan dalam sistem hukum, sangat krusial untuk menjaga integritas dan keadilan sejati.