Pelajaran dari Divergent: Peradilan Harus Mempertimbangkan Semua Sifat

Divergent adalah film fiksi ilmiah Amerika 2014 berdasarkan novel berjudul sama karya Veronica Roth.
Divergent adalah film fiksi ilmiah Amerika 2014 berdasarkan novel berjudul sama karya Veronica Roth. Foto istimewa
Divergent adalah film fiksi ilmiah Amerika 2014 berdasarkan novel berjudul sama karya Veronica Roth. Foto istimewa

Bagi penyuka film series "Divergent" tentu tidak asing dengan kata Candor. Dalam film series tersebut, Candor merupakan fraksi yang mengutamakan kejujuran dan ketertiban. Orang-orang yang dapat dikategorikan menjadi seorang Candor pasti akan selalu mengatakan kejujuran walaupun terkadang itu menyakitkan. Divergent adalah film fiksi ilmiah Amerika 2014 berdasarkan novel berjudul sama karya Veronica Roth.

Simplifikasi kehidupan menjadi topik yang sering dibahas, karena banyaknya variabel yang memperumit jalannya kehidupan. Dalam mitologi Divergent, digambarkan manusia digolongkan berdasarkan sifat, yakni ketidakegoisan (abnegation), keberanian (dauntless), kecerdasan (erudite), kedamaian (amity), kejujuran (candor).

Manusia digambarkan hanya akan memiliki satu sifat utama, karena sifat utama tersebut, akan mengalahkan sifat-sifat lain. Dalam hal ini, orang yang tergolong pemberani, tidak mungkin jujur, karena mereka berani untuk berbuat, yang benar ataupun salah.

Salah satu aspek yang menarik dibahas, penggambaran peradilan yang teridentifikasi dalam volume 2 Divergent, dengan judul Insurgent. Pengadilan dalam mitologi Divergent, digambarkan hanya terisi manusia bersifat jujur (candor). Tidak ada aparatur peradilan, yang berasal dari golongan ketidakegoisan (abnegation), keberanian (dauntless), kecerdasan (erudite), kedamaian (amity). 

Padahal secara alamiah, manusia pasti terpikir untuk menipu dan bermuka dua, guna menguntungkan diri sendiri. Ketidakjujuran merupakan kekurangan alamiah dari manusia.

Ketidakjujuran merupakan sesuatu yang tidak terkendali dan menyebabkan terjadinya kejahatan. Oleh karena itu, memprioritaskan kejujuran dan transparansi, menjadi satu-satunya pilihan, untuk mewujudkan masyarakat damai yang ideal.

Keseriusan golongan Candor mengenai kejujuran dan terwujudnya masyarakat damai yang ideal, diimplementasikan melalui pengadilan, yang harus menjunjung nilai kejujuran sebagai pokok utama. Kebenaran adalah pendekatan utama yang diharapkan dari pengadilan, terlepas betapa menyakitkan atau memalukan kebenaran tersebut. 

Kejujuran sebagai sifat utama dari peradilan, ternyata masih tidak cukup. Dalam jalinan kisah Insurgent digambarkan peradilan, meskipun telah memeriksa terdakwa Tris, sang karakter utama dan memperoleh kebenaran dengan jelas, melalui serum kebenaran, yang kisahkan adanya konspirasi pemerintahan. Namun pemerintah yang diisi golongan kecerdasan (erudite), justru menghasut peradilan untuk menghukum terdakwa, atas pengakuan menelantarkan sesama warga, hingga menyebabkan kematian, daripada memperhatikan adanya konspirasi pemerintah.

Ilustrasi peradilan yang diisi golongan Candor, sepatutnya jadi refleksi bahwa peradilan tidak dapat, menyederhanakan sifat yang diperlukan. Kejujuran saja, tidak cukup untuk perolehan kebenaran. Dibutuhkan juga kecerdasan mengidentifikasi kebenaran. Aspek keadilan sendiri, juga patut mempertimbangkan sifat manusia lainnya, yaitu kedamaian (amity), ketidakegoisan (abnegation), dan keberanian (dauntless).

Ketika peradilan sudah berdiri, dalam satu pandangan, tanpa mempertimbangkan pandangan lain dan beralasan telah mewujudkan keadilan yang bermartabat, maka peradilan sendiri sudah kehilangan filosofi pendirian peradilan.