MARINews, Jakarta - Malam ini (8 November 2025) saya bersama rombongan Studi Strategis Luar Negeri (SSLN) Lemhannas RI Angkatan XXVI bertolak menuju Beijing, Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Sebanyak 29 peserta dari berbagai instansi strategis-TNI, Polri, Kementerian, lembaga negara, hingga Mahkamah Agung-akan menimba pengalaman dan wawasan lintas bangsa selama sepekan, sebagai bagian dari pembentukan karakter dan kepemimpinan strategis para calon pemimpin bangsa.
Rombongan ini dipimpin oleh Irjen Pol Purwolelono, S.I.K., M.M., Tenaga Ahli Pengkaji Bidang Ketahanan Nasional Lemhannas RI.
Turut mendampingi, Irjen Pol Drs. Sunarwan Sumirat, Tenaga Ahli Pengkaji Bidang Sosial Budaya Lemhannas RI, sebagai Pendamping;
- Brigjen TNI Rudy Wahjudiono, S.E., M.M., Direktur Operasi Pendidikan Deputi Bidang Pendidikan Pimpinan Tingkat Nasional Lemhannas RI, sebagai Liaison Officer;
- Kolonel Sus Herwist Simanjuntak, S.S., M.Han., Kepala Subdirektorat Operasi dan Penataran Direktorat Operasi Pendidikan Deputi Bidang Pendidikan Pimpinan Tingkat Nasional Lemhannas RI, sebagai Sekretaris Rombongan;
- Firmanda Dwiputra Wibowo, A.Md., Arsiparis Terampil Subbagian Tata Usaha Deputi Bidang Pendidikan Pimpinan Tingkat Nasional Lemhannas RI, sebagai ADC Pendamping.
Adapun dari unsur peserta, struktur kelompok ditetapkan sebagai berikut:
- Brigjen TNI (Mar) Tony Kurniawan, S.A.P., M.A.P., Staf Khusus Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal), sebagai Ketua Kelompok Peserta;
- Brigjen Pol Roby Karya Adi, S.I.K., M.H., Kepala BNN Provinsi Bengkulu, sebagai Wakil Ketua Kelompok Peserta;
- dan Prof. Dr. Albertus Wahyurudhanto, M.Si., Guru Besar STIK Lemdiklat Polri, sebagai Sekretaris Kelompok Peserta.
Program SSLN bukan sekadar perjalanan dinas, tetapi ruang belajar terbuka bagi para peserta untuk memahami cara negara maju seperti Tiongkok mengelola pembangunan nasionalnya.

Selama di Beijing, rombongan dijadwalkan melakukan kunjungan ke Kementerian Pendidikan RRT, Beihan University, dan Huawei Research Center Beijing, serta melakukan studi lapangan ke Great Wall dan Forbidden City-simbol ketahanan, strategi, dan kebesaran peradaban Tiongkok.
“Kami ingin belajar bagaimana birokrasi modern mampu beradaptasi dengan percepatan teknologi dan perubahan global. Nilai-nilai itu penting bagi Mahkamah Agung dalam membangun sistem peradilan yang semakin cepat, transparan, dan berkeadilan di era digital.”
Bagi saya pribadi, kegiatan ini menjadi momentum reflektif-bahwa kepemimpinan tidak hanya diukur dari jabatan dan kewenangan, tetapi juga dari kerendahan hati untuk terus belajar dan beradaptasi.
Di tengah kemajuan bangsa lain, kita diajak untuk merenung: sudahkah sistem birokrasi dan pelayanan publik kita secepat inovasi yang sedang terjadi di dunia?
Rombongan dijadwalkan kembali ke Tanah Air pada 13 November 2025, membawa pulang bukan hanya oleh-oleh, tetapi inspirasi, semangat kolaborasi, dan visi kebangsaan yang lebih tajam untuk kemajuan Indonesia.





